Selasa, 27 Januari 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Kata Pengantar
Assalamu 'alaikum Warah Matullahiwabarakatu
Salam sejahtera buat semua,khususnya pembaca yang budiman
Puji syukur kami sampaikan kahadapan Allah,Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmad dan karunianya kepada kelompok II tugas mata kuliah Kepemimpinan Pendidikan,sehingga kami dapat menyelesaikan rangkai tugas-tugas yang berkaitan dengan mata kuliah ini dengan lancar dan berhasil sesuai dengan yang kami harapkan.
Kepemimpinan Humanistik merupakan salah satu teori kepemimpinan yang banyak mengilhami banyak pemimpin besar di dunia ini,untuk itu kami dari kelompok II tertarik untuk mencoba mengali teori-teori humanistik untuk selanjutnya di implementasikan dalam kepemimpinan pendidikan dan melihat implementasinya pada kepemimpinan pendidikan yang dilaksanakan oleh kepala sekolah di SMP Negeri 1 Sei Rampah.
Semoga hasil diskripsi yang kami sajikan yang serba terbatas ini dapat membantu pembaca dan kami dari kelompok II pada khususnya dalam memahami teori kepemimpinan humanistik dan contoh implementasinya, sehingga dapat bermanfaat dalam aktifitas kita sehari-hari.
Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof.Dr. Belferik Manullang dan Ibu Dra. Sri Melfaytty.MS.Kons sebagai dosen pengampu mata kuliah Kepemimpinan Pendidikan atas bimbingan dan petujuknya sehingga tugas ini dapat kami laksanakan dan dielesaikan dengan baik.
Akhirnya, kami menyadari hasil kerja kami ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kepada para pembaca karya kami ini terutama bapak dan ibu dosen pengampu mata kuliah ini, diharapkan sumbangan pemikiran yang konstruktif demi perbaikan karya ini selanjutnya dan demi perbaikan dalam melakukan kegiatan penelitian selanjutnya.
Wassalamu'alaikum warah matullahi wabaraktu
Salam sejahtera buat kita semua
Medan, Februari 2008
Kelompok II
DAFTAR ISI
NO | DAFTAR ISI | HAL |
| Kata pengantar | 1 |
| DAFTAR ISI | 2 |
BAB I | PENDAHULUAN DAN PERMASALAHAN | |
A | Pendahuluan | 3 |
B | Permasalahan | 4 |
BAB II | TELAAH TEORI | |
A | Teori Humanistik Elton Mayo | 5 |
B | Kepemimpinan Pendidikan | 8 |
C | Implementasi Teori Humanistik elton Mayo pada Kepemimpinan Pendidikan | 12 |
BAB III | METODOLOGI | |
A | Tempat dan Waktu Pengumpulan Data | 16 |
B | Instrumen | 16 |
C | Prosedur Pengumpulan Data | 17 |
D | Tekhnik Analisis Data | 17 |
BAB IV | ANALISIS DATA | |
A | Paparan Data | 18 |
B | Deskripsi | 19 |
C | Pembahasan | 21 |
1 | Komunikasi | 21 |
2 | Memotivasi | 21 |
3 | Menrima tanggung jawab dan mampu memimpin orang lain | 22 |
4 | Berempa engan orang lain dan memahami permasalahannya | 23 |
BAB V | KESIMPULAN DAN SARAN | |
A | Kesimpulan | 24 |
B | Saran | 26 |
| DAFTAR PUSTAKA | 27 |
Lampiran | Kisi-kisi instrumen kuisioner | 28 |
BAB I
PENDAHULUAN DAN PERMASALAHAN
A. Pendahuluan
Aliran prilaku muncul karena dalam pendekatan klasik,efisiensi produksi dan keserasian kerja tidak dapat dicaapai. Para manajer masih menghadapi kesulitan dan frustasi karena karyawan tidak selalu mengikuti pola-pola prilaku yang rasional. Oleh karena itu dicari upaya untuk membantu manajer mengatasi masalah organisasi melalui sisi prilaku karyawan.
Aliran prilaku memandang organisasi pada hakekatnya adalah orang. Aliran ini memandang aliran klasik kurang lengkap karena tidak mewujudkan efisiensi produksi yang sempurna dan keharmonisan ditempat kerja. Manusia dalam organisasi tidak selalu dapat dengan mudah diramalkan tingkahlakunya, karena sering juga tidak rasional. Karena itu para manajer perlu dibantu dalam menghadapi manusia, antara lain dengan sosiologi dan psikologi.
Pelopor aliran prilaku ada dua orang yaitu Hugo Munsterberg dan Elton Mayo. Hogo Mansterberg yang melahirkan psikologi industri, sering disebut sebagai Bapak Psikologi Industri. Sumbangan yang penting adalah berupa pemanfatan psikologi untuk mewujudkan tujuan produktifitas seperti juga teori-teori manajemen lainnya.
Manajemen dengan orientasi Hubungan Kemanusiaan (Human Relation) dipelopori oleh Elton Mayo yaitu memberikan perhatian terhadap hubungan kemanusiaan kepada bawahan. Ia terkenal dengan eksperimen tentang prilaku manusia dalam situasi kerja. Eksperimen ini disimpulkan bahwa perhatian khusus dapat menyebabkan seseorang meningkatkan usahanya.
Sekolah sebagai lembaga yang bergerak dalam bidang pendidikan yang mengutamkan jasa pelayanan kepada peserta didik,agar peserta didik dapat terlibat secaraaktif sehingga pada diri peserta didik dapat terbentuk karakter dan kepribadian yang baik. Untuk itu diperlukan seorang kepala sekolah sebagai pemimpin penddikan di sekolah yang memiliki karakter dan keteladanan yang baik sehingga mampu menggerakkan semua komponen untuk dapat bergerak dan bekerja secara maksimal sehingga tujuan pendidikan tersebut dapat terwujud.
Pada penelitian penerapan manajemen humanistik ini,kami mencoba mengkaji implementasi teori manajemen humanistik menurut Elton Mayo pada kepemimpinan kepala sekolah SMP Negeri 1 Sei Rampah.
B. Permasalahan
BAB II
TELAAH TEORI
A. Teori Humanistik Elton Mayo
Menurut Kennet H Blanchard dan Paul Hersey (1982:1), Banyak masalah penting yang kita hadapi tidak berada dalam dunia benda,tetapi dalam dunia manusia. Kegagalan kita yang terbesar sebagai manusia terletak pada ketidak mampuan untuk menjamin adanya kerja sama dan dengan sesama. Lebih lanjut Blanchard dengan mengutip pendapat Elton Mayo mengungkapkan bahwa " Konsekwensi bagi masyarakat yang tidak dapat menyeimbangkan anatara perkembangan kemampuan teknis dengan kemampuan sosial adalah bencana ".
T.Hani Handoko(1984:50) menyatakan bahwa; Elton Mayo (1980 -1949) dan percobaan -percoaan
Manajemen dengan orientasi hubungan kemanusiaan (human relation) yang dipelopori oleh Elton mayo memberikan perhatian terhadap hubungan kemanusiaan kepada bawahan. Menurut Fred Luthans (554), kepemimpinan adalah soal menciptakan pengharapan, kemungkinan, dan masa depan. Kepemimpinan tidak hanya mengubah individu dan organisasi sampai kepada aspirasi mereka yang tertinggi, tetapi juga menciptakan momen-meomen visi dan komprehensi yang memungkikan orang berubah ke tingkat pengalaman dan kinerja yang baru.
Ia terkenal dengan eksperimen tentang prilaku manusia dalam situasi kerja. Eksperimen ini disimpulkan bahwa perhatian khusus dapat menyebabkan seseorang meningkatkan usahanya. T.Hani Handoko (1984:51) mengungkapkan bahwa Elton Mayo dari eksperimennya mengarahkan penemuan penting bahwa perhatian khusus (seperti perasaan terpilih menjadi partisipan dalam setudi yang dilakukan manajemen puncak) sangat mempengaruhi usaha-usaha mereka. Gejala ini disebut
Selain itu juga ditemukan pengaruh kehidupan lingkungan sosial dalam kelompok yang lebih informal, lebih besar pengaruhnya terhadap produktivitas. Kerena itu, Mayo yakin terhadap konsepsinya yang terknal dengan "sosial man" yang dimotivasi oleh kebutuhan-kebutuhan sosial dalam hubungan-hubungan yang lebih efektif daripada pengawasan dan pengendalian manajemen dalam arti konsep "social man" (manusia sosial atau manusia dapat dimotivasi dengan pemenuhan kebutuhan sosial melalui hubungan kerja), dapat menggantikan kinsep "rational man" (manusia rasional atau manusia hanya dapat di motivasi dengan pemenuhan ekonomis). Konsep rational man yang di dorong semata-mata oleh kebutuhan ekonomis pribadi yang terkenal dengan julukan "rational economic man".
Istilah terkenal yang tadinya diutarakan oleh Robert Owen yaitu "vital machines" menemukan bentuk dan peluang barunya dengan muncunya konsep "social man" dari Mayo. Dalam pendidikan dan latihan bagi para manajer terasa semakin pentingnya "people management skills" dari pada "enginering atau technical skills". Konsep dinamika kelompok semakin penting dalam praktek manajemen dari pada manajemen atas dasar kemampuan pekerja secara perseorangan.
Dibagian lain Kenneth H.Blanchard dan Paul Hersey (1982:101) dengan mengutip pendapat Elton Mayo, mengemukakan bahwa; pusat-pusat kekuasaan yang sesungguhnya dalam suatu organisasi adalah hubungan antar pribadi yang berkembang dalam unit-unit kerja. Studi hubungan manusia ini merupakan pertimbangan yang paling penting bagi manajemen dan analisis organisasi. Organisasi perlu di kembangkan dengan memperhitungkan karyawan dan harus mempertimbangkan perasaan dan sikap manusia.
Berdasarkan teori hubungan manusia fungsi pimpinan adalah memudahkan pencapaian tujuan secara kooperatif di antara para pengikut dan pada saat yang sama menyediakan kesempatan bagi petumbuhan dan perkembangan pribadi mereka. Berbeda dengan teori manajemen keilmuan ,fokus utama teori hubungan manusia adalah pada kebutuhan individual dan bukan pada kebutuhan organisasi.
Menurut J.Salusu (1996:201 ): Teori Humanistik ini menekankan pada pertumbuhan dan perkembangan dari suatu organisasi yang efektif dan kehesif. Kalau manusia adalah organisme yang dapat dimotivasi, maka organisasi justru dapat dimanipulasi dan dikendalikan. Oleh karena itu fungsi kepemimpinan di sini adalah memodifikasi organisasi sedemikian rupa sehingga orang-orang dalam organisasi merasa memiliki kebebasan untuk merealisasikan potensi motivasionalnya dalam memenuhi kebutuhannya, tetapi juga pada saat yang bersamaan dapat memberikan kontribusi dalam mencapai tujuan organisasi.
Menurut Mustopadidjaja AR. Teori Humanistik dengan para pelopor Argryris, Blake dan Mouton, Rensis Likert, dan Douglas McGregor. Teori ini secara umum berpendapat, secara alamiah manusia merupakan "motivated organism". Organisasi memiliki struktur dan sistem kontrol tertentu. Fungsi dari kepemimpinan adalah memodifikasi organisasi agar individu bebas untuk merealisasikan potensi motivasinya didalam memenuhi kebutuhannya dan pada waktu yang sama sejalan dengan arah tujuan kelompok. Apabila dicermati, didalam Teori Humanistik, terdapat tiga variabel pokok, yaitu; (1), kepemimpinan yang sesuai dan memperhatikan hati nurani anggota dengan segenap harapan, kebutuhan, dan kemampuan-nya, (2), organisasi yang disusun dengan baik agar tetap relevan dengan kepentingan anggota disamping kepentingan organisasi secara keseluruhan, dan (3), interaksi yang akrab dan harmonis antara pimpinan dengan anggota untuk menggalang persatuan dan kesatuan serta hidup damai bersama-sama. Blanchard, Zigarmi, dan Drea bahkan menyatakan, kepemimpinan bukanlah sesuatu yang Anda lakukan terhadap orang lain, melainkan sesuatu yang Anda lakukan bersama dengan orang lain (Blanchard & Zigarmi, 2001).
Kesimpulannya bahwa teori Humanistik jika dibandingkan dengan teori klasik dapat diihat perbandingan antara teori X (mengarah pada teori klasik ) dengan teori Y (mengarah pada teori Humnaistik ) yang dikemukakan oleh Donal Mac Gregor seperti yang di kutik oleh B. Manullang dalam bahan perkuliahannya sebagai berikut :
ASUMSI TENTANG HAKEKAT MANUSIA MENURUT TEORI X DAN TEORI Y Donald Mac Gregor | |||
Teori X | Teori Y | ||
1 | Pada umumnya orang tidak suka bekerja | 1 | Pekerjaan pada hakekatnya seperti bermain apabila kondisinya menyenangkan |
2 | Orang-orang pada umumnya tidak ambisisus,hanya memiliki sedikit keinginan untuk bertanggung jawab, dan ebih suka diarahkan | 2 | Swakendali sering sangat diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi |
3 | Orang-oang pada umumnya hanya memiliki kemampuan kreatif yang sedikit dalam memecahkan maslah-masalah organisasi | 3 | Orang-rang pada umumnya memiliki kemampuan kreatif untuk mememcahkan maslah-masalah organisasi |
4 | Orang-orang pada umumnya harus diawasi dengan ketat dan sering dipaksa untuk mencapai tujuan organisasi | 4 | Orang-orang dapat berswaarah dan kreatif bekerja apabila dimotivasi dengan tepat |
B. Kepemimpinan Pendidikan
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk pencapaian tujuan. Bentuk pengaruh tersebut dapat secara formal seperti tingkat manajerial pada suatu organisasi. Kerna posisi manajemen teridiri atas tingkatan yang baiasanya menggambarkan otoritas, seorang individu bisa mengasumsikan suatu peran kepemimpinan sebagai akibat dari posisi yang ia pegang pada organisasi tersebut. Namun, tidak semua pemipin adalah manajer, dan begitu juga sebaliknya, tidak semua manajer merupakan pemimpin. Hanya kerena hak tertentu diberikan oleh organisasi terhadap manajerial tidak menjamin bahwa mereka mampu memimpin secara efektif (Stephen P. Robbins. 2002:164-165).
Kepemimpinan berasal dari akar kata "pemimpin" menurut Wirawan (2002:62) maksudnya adalah orang yang dikenal oleh dan berusaha mempengaruhi para pengikutnya untuk merealisisr visinya.
Kepemimpinan pendidikan dalam lembaga pendidikan dimainkan perannya oleh kepala sekolah. Kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses belajar mengajar,atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberika pelajaran dan murid yang menerima pelajaran (Wahjosumidjo.1999:81). Dengan demikian kepemimpinan pendidikan dapat diartikan kemampuan untuk menggerakan, mengarahkan, membimbing, melindungi, membina, memberi teladan, memberi dorongan, memberi bantuan segala sumber yang ada pada suatu sekolah sehingga dapat didayagunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
Kepala sekolah yang berhasil apabila mereka memahami keberadaan sekolah sebagai organisasi yang kompleks dan unik,serta mampu melaksanakan peran kepala sekolah sebagai seseorang yang diberi tanggung jawab untuk memimpin sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong sekolah untuk mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolahnya melalui program-program yang dilksanakan secara terencana dan bertahap (DIRJEN DIKDASMEN. 2000:14).
Pada bagian laian DIRJEN DIKDASMEN dalam "Panduan Manajemen Sekolah" menyampaiakan definisi kepemimpinan kepala sekolah sebagai kepemimpinan pendidikan adalah cara atau usaha kepala sekolah dalam mempengaruhi, mendorong, membimbing, mengarahkan, dan menggerakan guru, staf, siswa, orang tua siswa dan pihak lain yang terkait, untuk bekerja/ berperan serta guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Atau siangkatnya bagaimana cara kepala sekolah untuk membuat orang lain bekerja unuk mencapai tujuan sekolah
Menurut Hendyat S dan Wasty S (1982:17) konsep kepemimpinan pendidikan menurut pandangan demokrasi memegang prinsip-prinsip tindakan sebagai berikut :
Fungsi pemimpin adalah memudahkan pencapaian tujuan secara koperatif diantara para pengikut dan pada saat yang sama menyediakan kesempatan bagi pertumbuhan dan perkembangan pribadi mereka (Syaiful Sagala. 2006:150). Isu penting kepemimpinan pendidikan adalah berkisar pada tipe-tipe dan gaya kepemimpinan yang mana yang paling efektif dan efisien dalam mencapai tujuan lembaga. Kerena menurut Max Weber sebagaimana yang dikutib Syaiful Sagala(2006:150) dikenal adanya tipe-tipe kepemimpinan yang didasari tradisi turun temurun, kharisma atau wibawa disebabkan karakteristik pribadi yang istimewa dan aturan main yang rasional atau campuran antara ketiga tersebut.
Senada dengan pendapat tersebut menurut Sayiful Sagala (2006:151) dengan mengutip pendapat Bill Woods ada tiga gaya kepemimpinan yaitu :
Menurut Syaiful Sagala (2006:152) Kepemimpinan yang efektif dapat diklasifikasikan menjadi sebagai berikut :
1. Gaya memberitahukan (telling style) yakni tugas tinggi hubungan rendah. One way traffic atau mendikte.
2.
3. Gaya Partisipatif (participating style) tugas rendah hubungan tinggi. Pimpinan dan pengikut berkedudukan sama,memberi andil dengan dua arah.
4. Gaya Pendelegasian ( delegating style) hubungan rendah tugas rendah Yang dipimpin dipercaya mengambil inisiatif sendiri melakukan tugasnya, karenanya hendaknya mereka telah matang.
Menurut Belferik Manullang (2006:3), Kepemimpinan pedagogis merupakan solusi untuk membangun karekter, baik pemimpin maupun bawahan untuk mampu menumbuhkan semangat tim dan loyalitas institusional yang tinggi.
Esensi Kepemimpinan pendidikan menurut Belferik Manullang yang disampaikan dalam perkuliahannya adalah membangun tim kerjasama melalui perubahan karakter untuk mencapai tujuan pendidikan.
C. Implementasi Teori Humanistik Elton Mayo dalam Kepemimpinan
Pendidikan.
Berferik Manullang dengan mengutip pernyataan Halloran dalam perkuliahannya menyampaikan bahwa cakupan dari Human Relation anatara lain :
Dengan demikian implementasi teori Elton Mayo kedalam Kepemimpinan Pendidikan adalah kemampuan pemimpin dalam :
1. Mengembangkan komunikasi yang positif baik vertikal (komunikasi antara kepala sekolah dengan guru, pegawai, siswa dan orang tua siswa) maupun horizontal (komunikasi antara sesama guru, sesama pegawai, guru dan pegawai, siswa dengan siswa).
Komunkasi adalah suatu proses kerena merupakan suatu seri kegiatan yang terus menerus, yang tidak mempunyai permulaan atau akhir dan selalu bernah-uabah (Arni Muhammad.2007:19).
Pada kepemimpinan kepala sekolah SMP Negeri 1 Sei Rampah akan terjadi penerapan teori Humanistik apa bila kepala sekolah mengembangkan komunikasi vertikal dalam bentuk kesediaan kepala sekolah dalam menerima masukan dari para guru dan pegawai serta siswa dalam menjalankan kepemimpinannya di sekolah, baik secara formal maupun non formal disamping itu kepala sekolah seharusnya juga memberikan kesempatan kepada para guru dan pegawai untuk mengembankan komunikasi yang harmonis baik secara formal maupun secara non formal.
Komunikasi dapat bersifat interaksi dan transsaksi, Hal ini sejalan dengan pendapat dari Arni Muhammad (2007:20) yang dimaksud dengan istilah interaksi adalah saling bertukar komunikasi. Misalnya seseorang bebicara kepada temannya mengenai sesatu, kemudian temannya yang mendegar memberi reaksi atau komentar terhadap apa yang sedang dibicarakan itu.
Kepala sekolah yang menerapkan teori Humanis akan menekankan bagaimana hubungan yang harmonis dan perasaan senang bawahannya dalam menjalankan tugasnya dari pada menekankan perlengkapan administrasi gurunya dan menekankan pada komunikasi non formal daripada komunikasi yang formal . Intinya kepala sekolah seperti SMP Negeri 1 Sei Rampah jika menerapkan Teori Humnaistik dalam kepemimpinannya maka ia akan menekankan bagaimana orang yang dipimpinnya merasa senang dibawah kepemimpinannya. Sehingga menimbulkan kepuasan dalam berkomunikasi.
De Wine dan Barone(1984) menemukan bahwa apabila kepuasan komunikasi bertambah,maka iklim organisasi kan bertambah positif secara umum. Hasil studi Schuler dan Blank mengatakan bahwa ada hubungan yang positif antara ketepatan komunikasi yang berkenaan dengan tugas, komunikasi kemanusiaan, dan komunikasi pembaruan dengan kepuasan kerja dan hasil yang dicapai oleh pekerja (Arni Muhammad.2007.90).
Menurut wayne(2002.88) kepuasan dengan komunikasi muncul dari kombinasi faktor-faktor berikut :
1. Kepuasan dengan pekerjaan.
2. Kepuasan dengan ketepatan informasi.
3. Kepuasan dengan kemampuan seseorang yang
menyarankan penyempurnaan.
4. Kepuasan dengan efisiensi bermacam-macam saluran
komunikasi.
5. Kepuasan dengan kualitas media.
6. Kepuasan dengan cara komunikasi teman sekerja.
7. Kepuasan dengan keterlibatan dalam komunikasi organisasi
sebagi suatu kesatuan.
2. Memberi motivasi pada dirinya dan kepada guru, pegawai, siswa dan orang tua siswa guna mencapai tujuan pendidikan secara optimal. Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Sei Rampah jika menerapkan teori Humanistik dalam memimpin sekolahnya, maka ia akan selalu memberikan motivasi kepada para guru, agar mereka menyenangi tugasnya dan berusaha untuk meningkatkan ketrampilannya dalam menunjang profesinya sebagai tenaga pendidik baik melalui kegiatan seminar, lokakarya maupun melanjutkan setuinya kejenjang S2, sehingga hasilnya akan maksimal, demikian juga kepada paran pegawai, kepala sekolah akan memotivasi untuk menyenangi tugasnya dan untuk meningkatkan kemampuan teknisnya sehingga menimbulkan kenyamanan semua pihak, sedangkan kepada para siswa kepala sekolah akan selalu memberikan motivasi agar giat belajar baik di sekolah maupun di rumah dan juga selalu berupaya untuk menambah wawasannya demi hidup senang dimasa yang akan datang.
Kepala sekolah yang menerapkan teori humanistik juga akan selalu memotivasi dirinya sendiri untu giat menambah ketrampilanya sehingga ia menjadi kepala sekolah yang diseangi dan dibanggakan oleh bawahannya. Maka kepala sekolah SMP Negeri 1 Sei Rampah seharunya menerpakan prilaku yang tersebut diatas jika beliau berusaha menerapkan teori Humanistik dalam kepemimpinannya.
Kepemimpinan yang berhasil meberi motivasi kepada bawahannya, maka dalam kinerjanya akan menjadikan pemimpin yang efektif. Kepemimpinan yang efektif dan karismatik, akan memandu atau memotvasi bawahannya dalam hal pencapaian tujuan dengan menjelaskan aturan dan tugas-tugas yang diperlukan. Ada tipe lain pemimpin yang mengilhami pengikutnya untuk meninkatkan dirinya demi kebaikan organisasi dan mampu menemukan pengaruh yang luar biasa atas pengikutnya (Stephen P.Robbins.1999:177-178).
Dibagian lain Andreas Lako (2004:84) menyatakan bahwa pemimpin model tranformastional leadership pada hakekatnya menekankan seorang pemimpin, melalui visi, dan energinya, perlu memotivasi para bawahannya untuk melakukan tanggung jawab mereka melampaui dari apa yang mereka harapkan dengan :
a. Menanamkan rasa memiliki terhadap arti penting dan nilai tugas-tugas mereka masing-masing.
b. Membujuk para bawahannya melakukan tugas-tugas melebihi kepentingan mereka abgi kepentingan team, organissi atau kebijakan yang lebih besar.
c. Mempertinggi kebutuhan karyawan pada tingkat yang lebih tinggi dari apa yang mereka butuhkan, seperti aktualisasi diri.
Sedangkan menurut Sondang P.Siagian (2007:111), keseluruhan teori motivasi yang dikembangkan oleh Maslow berintikan pendapat Yang mengatakan bahwa kebutuha manusia dapat diklasifikasikan pada lima hierarki kebuhan, yaitu :
a. Kebutuhan fisioogis
b. Kebuuhan akan keamanan
c. Kebutuhan sosial
d. Kebeutuhan esteem, dan
e. Kebutuhan untuk aktuaisasi diri
Sedangkan menurut dachnel Kamrs (2005:169), motivator atau yang membangkitka motif adalah hal-hal yang mempengaruhi seseorang untuk berusaha. Contohnya ialah: pembayaran upah yang tinggi, gelaryang menunjukan kedudukan,nama yang digantung pda daun pintu, sambutan teman-teman sejawat, seingga membuat seseorang punya alasan unuk memperlihatkan hasil kerjanya.
3. Memahami tanggungjawab sebagai kepala sekolah dan dapat memimpin guru, pegawai, dan siswa guna melaksanakan proses kegitan belajar dan mengajar secara menyenangkan sehingga tujuan bersama dapat tercapai dengan baik dan maksimal. Secara Umum fungsi kepemimpinan ada empat yaiitu membuat perencanaan, mengorganisasi satuan tugas, memberi pengarahan dan melakukan pengawasan dalam melaksanakan proses guna mewujudkan program yang telah direncanakan bersama. Perencanaan merupakan usaha sadar dan pegambilan keputusan yang telah diperhitungkan secara matang tentan hal-hal yang akan dikerjakan di masa depan dalam dan oleh suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya (Sondang P.Siagian.2007: 36-37).
Kepemimpinan kepala sekolah yang menerapkan teori humanistik bukan menekankan bagaimana menghasilkan dokumen perencanaan yang baik, tapi akan menekankan pada bagaimana melibatkan semua komponen sekolah untuk dengan perasaan senang mau terlibat dalam menyusun program dan dengan senang pula mendukung pelaksanaan perencanaan sehingga hasilny bisa maksimal.
Menurt Sondang P. Siagaian (2007:37), Salah satu cara yang paling lumrah dikemkakan dalam penyusunan sautu rencana adalah dengan mengatakan bahwa perencanaan berarti mencari dan menemukan jawaban terhadap enam pertanyaan, yaitu:
a. Apa
b. Di mana
c. Bilamana
d. Bagaimana
e. Siapa, dan
f. Mengapa.
Untuk pertanyaan “bagaimana” memebahas dalam suatu rencana perlu terlihat dengan jelas jawaban terhadap pertanayaan cara orang-orang dan berbagai satuan kerja dalamorganisasi menyelengarakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya untuk menyelesaikannya (sondang P.Siagian.2007: 43). Di bagian lain Sondang P. Siagian mengatakan, Sedangkan berkaitan dengan pertanyaan “siapa” harus ditemukan baik yang menyangkut tenagan kerja yang bertanggung jawab untuk menyelenggarakan tugas pokok, maupun yang menyangkut mereka yang bergerak dalam menyelenggarakan kegiatan penunjang.
Dalam mengorganisasikan satuan kerja akan berdiskusi dengan para bawahannya untuk terlibat dalam kelompok kerja yang diminati sesuai dengan kemampuannya masing-masing sehingga tercipta hubungan kerja yang harmonis antar sesama anggota kelompok kerja. Pengorganisasian adalah keseluruhan proses pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tuga, serta wewenang dan tanggung jawab sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan yang utuh dan bulat dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya (Sondang P. Siagian. 2007: 60). Hasil pengorganisasian adalah organisasi. Organisasi berfungsi sebagai alat yang akan digunakan oleh manusia untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, fungsi pengorganisasian yang menghasilkan organisasi bukanlah dan tidak boleh dijadikan sebagai tujuan.
Menurut Sondang P.Siagian (2007:6 ),ada lima belas prinsip yang mendasi pemahaman keprilakukan agar dapa terwujud organisasi yang efektif,yaitu :
1) . Kejelasan tujuan yang ingin dicapai,
2) . Pemahaman tujuan oleh para anggota organisasi,
3) . Penerimaan tujuan olehpara anggota organisasi,
4) . Kesatuan arah,
5) . Kesatuan perintah,
6) . Fungsionalisasi,
7) . Delinisasi berbagai tugas,
8) . Kseimbangan antara wewenag dan tanggung jawab,
9) . Pembagian tugas,
10). Kesederhanaan struktur,
11). Pola dasar organisasi yang relatif permanen,
12). Adanya pola pendelegaisan wewenang,
13). Rentang pengawasan,
14). Jaminan pekerjaan, dan keseimbangan antara jasa dan
imbalan.
Dalam melakukan penggerakan kepada bawahannya kepala sekolah akan menekankan komunikasi yang baik dan menyenangkan semua pihak. Penggerakan dapat didefinisikan sebaai keseluruhan usaha, cara, teknik, dan metode untuk mendorong para anggota organisasi agar mau dan iklas bekerja dengan sebaik mungkin demi terciptanya tujuan organisasi dengan efisien, efektif dan ekonomis( Sondang P.Siagian.2007:95).
Demikian juga dalam melakukan pengawasan kepada bawahannya, kepala sekolah akan menekankan bagaimana memperbaiki kesalahannya yang kemungkinan dijumpai dengan cara yang menyenangkan, sehingga bawahan yang diberikan arahan untuk perbaikan tidak merasa digurui tetapi merasa diberikan perhatian oleh kepala sekolah.
Pengawasan dalam dunia pendidikan sering diistilahkan dengan supervisi. Supervisi mempunyai pengertian yang luas. Supervisi adalah segala bantuan dari para pemimpin sekolah, yang tetuju kepada perkembangan kepemimpinan guru-guru dan personel sekolah lainnya di dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Ia berupa dorongan, bimbingan, dan kesempatan bagi pertumbuhakeahlian dan kecakapan guru-guru, seperti bimbingan dalam usaha dan pelaksanaan pembaharuan-pembaharuan dalam pendidikan dan pengajaran, pemilihaalat-alat pelajaran dan metode-metode mengajar yang ebih baik,cara-cara penilaian yang sistematis terhadap fase seluruh proes pengajaran, dan sebagainya(M.Ngalim Purwanto.2007:76).
Selanjutnya Ngalim Purwanto dengan mengutip pendapat Burton dari bukunya yang berjudul “ Supervision a social Process” menyatakan sebagai berikut; “ supervision is an expert technical service primarily animed at studying and improving co-operatively all factors which affect child growth and devolopment”
Sesuai dengan rumusan Burton tersebut, maka :
1) Supervisi yang baik mengarahkan perhatiannya kepada dasar-dasar pendidikan dan cara-cara belajar serta perkembangan-nya dalam pencapaian tujuan umum pendidikan .
2) Tujuan supervisi adalah perbaikan dan perkembangan proses belajar mengajar secara total; ini berarti bahwa tujuan supervisi tidak hanya untuk memperbaiki mutu mengajar guru, tetapi juga membina pertumbuhan profesi guru dalam arti luas termasuk di dalamnya pengadaan fasilita yang menunjang kelancaran proses belajr-mengajar, peningkatan mutu pengetahuan dan ketrampilan guru-guru, pemberian bimbingan dan pembinaan dalam hal implementasi kurikulum, pemilihan dan penggunaan metode mengajar, alat-alat plajaran, prosedur dan teknk evaluasi pengajaran dan sebagainya.
3) Fokusnya pada setting for learning, bukan pada seseorang atau sekelompok orang. Semua orang, seperti guru-guru, kepala sekolah, dan pegawai sekolah lainnya, adalah teman sekrja (coworkers) yang sama-sama bertujuan mengembangkan situasi yang memungkinkan terciptanya kegaitan belajar-mengajar yang baik.
Pada kepemimpinan Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Sei Rampah jika menerapkan teori Humanistik maka akan terjadi prilaku seperti yang disebutkan diatas yaitu menekankan bagaimana bawahan mau terlibat secara senang dalam melaksanakan yang diarahkan oleh kepala sekolah.
4. Memahmi dan berempati terhadap seluruh warga sekolah dan memahami permasalahan mereka dengan berupaya untuk membantu mencari jalan keluarnya. Implementasinya dalam kepemimpinan seorang kepala sekolah seperti SMP Negeri 1 Sei Rampah adalah kepala sekolah berusaha untuk memberikan bantuan kepada guru dan pegawai yang membutuhkan bantuannya dan juga berusaha mengajak orang lain untuk peduli terhadap penderitaan orang lain.
Hal ini sejalan dengan pendapat James M. Kouzes dan Barry Z.Posner Dalam bukunya “the leadeship Chellenge” (1995), menyebutkan ciri utama Chief executife Officer (CEO) ideal. Yaitu diantaranya; fair minded (adil),ambitious (berambisi),…suportive, carring ( memperhatikan orang lain) .
Dibagian lain Syaiful Sagala (2006:156) menyatakan,pemimpin pendidikan yang efektif memimpin anggota kelompoknya sehingga mereka merasa kebuuhannya terpenuhi, dan pemimpin sendri merasa bahwa kebutuhannya juga terpuaskan. Hal ini mengandung makna bahwa agar anggotanya dapat bekerja dengan tenang dan baik harus ada jaminan dari pemimpin sekolah dalam hal ini kepala sekolah bahwa segaa kebutuhan anggotanya terpenuhi baik kebutuhan lahir yaitu adanya keseimbangan kinerja dengan imbalan yang diterima,j uga terpenuhinya kebutuhan batin yaitu perhatian dari pemipin dalam bentuk simpati dan empati akan permasalahan anggotanya tanpa harus diminta oleh anggtanya.
Menurut Hembing Wijayakesuma seperti yang dimuat dalam Posted pada 9 oktober 2007, Proses penanaman dan pengakaran nilai-nilai empati itu, menurut penafsiran awam saya, perlu dibumikan lewat dunia pendidikan. Di balik tembok sekolah itu jutaan anak bangsa yang kini tengah gencar memburu ilmu perlu diperkenalkan secara intensif tentang makna pengakuan dan pengertian –sebagai pilar sikap empati– dalam kegiatan pembelajaran. Supaya tidak menimbulkan kejenuhan, perlu strategi penanaman dan pengakaran nilai empati yang tepat dan variatif sehingga tidak terjebak pada indoktrinasi seperti orang berkhotbah.
Idealnya proses penanaman dan pengakaran nilai empati itu dilakukan lintas mata pelajaran oleh seluruh guru, bukan hanya menjadi tanggung jawab guru PKn saja. Setiap guru mata pelajaran hendaknya mengaitkan secara kontekstual antara materi yang disajikan dan nilai-nilai empati yang relevan.
Kita membutuhkan dua kaca sekaligus, yaitu kaca cermin dan kaca jendela. "Kaca Cermin" menggambarkan sikap egosentris, melihat persoalan hanya dari sudut pandang diri sendiri. Sedangkan "Kaca Jendela" merupakan cara mengetahui dan melihat kepentingan orang lain, di samping diri sendiri. Kita harus mengangkat sebagian kaca cermin dan menggantinya dengan kaca jendela. Melalui kaca jendela, seseorang tidak lagi melihat dirinya sendiri, tetapi mereka juga melihat orang lain di sekitarnya dengan berbagai kebutuhannya. Mengubah kaca cermin dengan kaca jendela adalah langkah penting agar perhatian seseorang tidak hanya tertuju ke dalam (self centered), melainkan tertuju ke luar kepada orang lain sehingga ia mudah merasa iba kepada orang lain (extra centered sensitivity).
BAB III
METODOLOGI
A. Tempat dan Waktu Pengumpulaan Data
Untuk melihat penerapan teori kepemimpinan Humanistik menurut konsep Elton Mayo kepemimpinan Kepala Sekolah SMP Negeri Satu Sei Rampah, maka dilakukan penelitian dengan memberikan angket kepada kepala sekolah di
Tempat : SMP Negeri 1 Sei Rampah
Hari / Tanggal : Senin / 18 Februari 2008
B. Instrumen
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data yang akan dianlisis untuk mengetahui implementasi Teori Humanistik Menurut Elton Mayo Pada Kepemimpinan Kepalan Sekolah SMP Negeri 1 Sei Rampah adalah berbentuk kusioner.
Kusioner yang digunakan dibagi atas empat tugas Kepemimpinan Menurut teori Humanistik dari Elton Mayo dan sepuluh indikator,yaitu :
1.1. Komunikasi vertikal
1.2. Komunikasi horizontal
2.1. Memotivasi diri sendiri
2.2. Memotivasi orang lain
3.1. Perencanaan
3.2. Pengorganisasian
3.3. Penggerakan atau pengarahan
3.4. pengawasan
4.1. Jiwa sosial
4.2. Peka terhadap permaslahan orang lain
C. Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data untuk melihat implementasi teori humanistik menurut Elton Mayo Pada Kepemimpinan Kepala sekolah SMP Negeri 1 Sei Rampah dengan cara memberikan instrumen berupa kusioner kepada kepala sekolah untuk dijawab sesuai prilaku yang biasa di lakukan di sekolah yang dipimpinnya.
D. Tekhnik Analisis Data
Penelitian yang dilakukan olleh kelompok II adalah penelitian diskripsi untuk melihat implementasi teori humanistik Elton Mayo pada kepemimpinan Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Sei Rampah, dengan variabel tunggal maka data yang diperoleh hanya dapat dilihat tingkat pelaksananya saja atau secara diskripsi.
Untuk melakukan analisis diberi pembobotan dimanan untuk jawaban yang paling sesuai dengan yang diharapkan terjadi oleh peneliti diberi bobot empat (4), untuk jawaban pertengahan (kadang-kadang) diberi bobot dua (2), dan pilihan jawaban yang paling tidak diinginkan diberi bobot nol (0).
Instrumen kuisioner terdiri tiga puuh sembilan ( 39 ) maka skor maksimum samadengan 39 x 4 = 156. Untuk itu dari skor maksimum tersebut selanjutnya untuk melihat tingkat implementasinya secara keseluruhan dengan membagi rentangan kriteria atas :
Baik : 105 - 156
Sedang : 53 - 104
Kurang : 0 - 52
Sedangkan untuk melihat apakah implementasi Teori Humanistik pada kepemimpinan kepala sekolah SMP Negeri 1 Sei Rampah untuk setiap indikator dapat dipedomani ketentuan sebaga berikut :
1.1. Komunikasi vertikal, terdiri dari lima ( 5 ) pertanyaan berarti sekor maksimalnya : 5 x 4 = 20, untuk melihat tingkat implentasinya dapat dibagi atas tiga katagori :
Baik : 14 – 20
Sedang : 7 – 13
Kurang : 0 - 6
1.2. Komunikasi horizontal, terdiri dari empat (4 ) pertanyaan berarti sekor maksimumnya : 4 x 4 = 16, untuk melihat tingkat implentasinya dapat dibagi atas tiga katagori :
Baik : 12 – 16
Sedang : 6 – 11
Kurang : 0 - 5
2.1. Memotivasi diri sendiri, terdiri dari tiga (3 ) pertanyaan berarti sekor maksimumnya : 3 x 4 = 12, untuk melihat tingkat implentasinya dapat dibagi atas tiga katagori :
Baik : 8 – 12
Sedang : 4 – 7
Kurang : 0 - 3
2.2. Memotivasi orang lain, terdiri dari enam ( 6 ) pertanyaan berarti sekor maksimumnya : 3 x 4 = 12, untuk melihat tingkat implentasinya dapat dibagi atas tiga katagori :
Baik : 17 – 24
Sedang : 8 – 16
Kurang : 0 - 7
3.1. Perencanaan, terdiri dari tiga (3 ) pertanyaan berarti sekor maksimumnya : 3 x 4 = 12, untuk melihat tingkat implentasinya dapat dibagi atas tiga katagori :
Baik : 8 – 12
Sedang : 4 – 7
Kurang : 0 - 3
3.2. Pengorganisasian, terdiri dari empat (4 ) pertanyaan berarti sekor maksimumnya : 4 x 4 = 16, untuk melihat tingkat implentasinya dapat dibagi atas tiga katagori :
Baik : 12 – 16
Sedang : 6 – 11
Kurang : 0 - 5
3.3. Penggerakan atau pengarahan, terdiri dari empat (4 ) pertanyaan berarti sekor maksimumnya : 4 x 4 = 16, untuk melihat tingkat implentasinya dapat dibagi atas tiga katagori :
Baik : 12 – 16
Sedang : 6 – 11
Kurang : 0 - 5
3.4. Pengawasan, terdiri dari empat (4 ) pertanyaan berarti sekor maksimumnya : 4 x 4 = 16, untuk melihat tingkat implentasinya dapat dibagi atas tiga katagori :
Baik : 12 – 16
Sedang : 6 – 11
Kurang : 0 - 5
4.1. Jiwa sosial, terdiri dari tiga (3 ) pertanyaan berarti sekor maksimumnya : 3 x 4 = 12, untuk melihat tingkat implentasinya dapat dibagi atas tiga katagori :
Baik : 8 – 12
Sedang : 4 – 7
Kurang : 0 - 3
4.2. Peka terhadap permaslahan orang lain, terdiri dari tiga (3 ) pertanyaan berarti sekor maksimumnya : 3 x 4 = 12, untuk melihat tingkat implentasinya dapat dibagi atas tiga katagori :
Baik : 8 – 12
Sedang : 4 – 7
Kurang : 0 - 3
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Paparan Data
1. Deskripsi sekolah SMP Negeri 1 Sei Rampah,berlokasi di Jl. Kampung keling, Kelurahan Sei Rampah Kecamatan Sei Rampah. Berikut data tentang sekolah SMP Negeri 1 Sei Rampah
NO | URAIAN | JUMLAH | KETERANGAN |
1 | Ruang kelas | 24 | baik |
2 | Ruang guru | 1 | baik |
3 | Ruang wakil kepala sekolah | 3 | baik |
4 | Ruang BP/BK | 1 | Baik |
5 | Ruang Perpustakaan | 1 | Baik |
6 | Lab IPA | 1 | Baik |
7 | Lab Bahasa | 1 | Baik |
8 | Lab Komputer | 1 | Baik |
9 | Ruang multimedia | 1 | Baik |
10 | Ruang tata usaha | 1 | Baik |
11 | Ruang kepala sekolah | 1 | Baik |
12 | Musholla | 1 | Baik |
13 | Kantin sekolah | 3 | Baik |
14 | POS Satpam | 1 | Baik |
15 | Kamar mandi | 4 | Baik |
16 | Jumlah siswa | 960 | |
17 | Jumlah guru | 50 | |
18 | Jumlah tata usaha | 12 | |
19 | Penjaga sekolah | 2 | |
20 | Petugas kebersihan | 3 | |
Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Sei Rampah termasuk pribadi yang terbuka dan ramah terhadap siapa saja termasuk terhadap peneliti. Beliau sekilas terlihat sangat bersahabat terhadap semua orang disekitarnya. Ditengah-tengah guru beliau juga terkenal ramah dan bersahabat dengan para siswa. Di ruang kerja kepala sekolah SMP Negeri 1 Sei Rampah terlihat data-data guru,siswa dan pegawai serta catatan jadwal kegiatan. Pintu Ruangan kepala sekolah selalu terbuka lebar, menandakan bahwa beliau bersedia menerima siapa saja yang akan berjumpa dengan beliau kecuali bila beliau sedang tidak berada di sekolah, atau sedang berada di tengah-tengah guru atau siswanya. Guru, pegawai dan siswa juga terlihat ramah terhadap sesama dan juga orang lain yang kebetulan sedang berkunjung ke sekolah.
Berdasarkan hasil perbincangan dengan beberapa orang guru diperoleh kesimpulan bahwa kepala sekolah SMP Negeri 1 Sei Rampah kesehariannya memang pribadi yang menyenangkan bagi seluruh warga sekolah, kata-kata dan pebuatannya selalu serasi. Kepala sekolah juga terlihat jarang memberi perintah kepada guru dan siswa agar mereka mau bekerja sesuai dengan tugas pokoknya masing-masing. Sebab beliau dalam mengajak berbuat selalu didahului dengan contoh perbutan nyata,sehingga seluruh warga sekolah dengan sadar ikut bekerja dengan maksimal tanpa menunggu diperintah.
B. Deskripsi Data Hasil Penelitian
INSTRUMEN NOMOR | JAWABAN | NILAI | KETERANGAN | |||
TP | KD | S | ||||
1.1.1 | | | √ | 4 | Baik : 14 – 20, Sedang : 7 – 13, Kurang : 0 - 6 Kepala sekolah SMP Negeri 1 Sei rampah baik dalam menerapkan komunikasi vertikal dalam mendukung implementasi teori Humanistik dari Elton Mayo pada kepemimpinan kepala sekolah | |
1.1.2 | | | √ | 4 | ||
1.1.3 | | | √ | 4 | ||
1.1.4 | | √ | | 2 | ||
1.1.5 | | | √ | 4 | ||
Jumlah | - | 2 | 16 | 18 | ||
1.2.1 | | | √ | 4 | Baik : 12 – 16, Sedang : 6 – 11, Kurang : 0 - 5 Kepala sekolah SMP Negeri 1 Sei Rampah baik dalam menerapkan komunikasi horizontal dalam mendukung implementasi teori Humanistik dari Elton Mayo pada kepemimpinan kepala sekolah | |
1.2.2 | | | √ | 4 | ||
1.2.3 | | | √ | 4 | ||
1.2.4 | √ | | | 0 | ||
Jumlah | 0 | - | 12 | 12 | ||
2.1.1 | | | √ | 4 | Baik : 8 – 12, Sedang : 4 – 7 ,Kurang : 0 - 3 Kepala sekolah SMP Negeri 1 Sei rampah baik dalam memotivasi diri sendiri dalam mendukung implementasi teori Humanistik dari Elton Mayo pada kepemimpinan kepala sekolah | |
2.1.2 | | | √ | 4 | ||
2.1.3 | | | √ | 4 | ||
Jumlah | - | - | 12 | 12 | ||
2.2.1 | | | √ | 4 | Baik : 17 – 24, Sedang : 8 – 16, Kurang : 0 – 7 Kepala sekolah SMP Negeri 1 Sei rampah baik dalam memotivasi orang lain dalam mendukung implementasi teori Humanistik dari Elton Mayo pada kepemimpinan kepala sekolah | |
2.2.2 | | | √ | 4 | ||
2.2.3 | | | √ | 4 | ||
2.2.4 | | | √ | 4 | ||
2.2.5 | | | √ | 4 | ||
2.2.6 | | | √ | 4 | ||
Jumlah | - | - | 24 | 24 | ||
3.1.1 | | | √ | 4 | Baik : 8 – 12, Sedang : 4 – 8, Kurang : 0 - 3 Kepala sekolah SMP Negeri 1 Sei rampah baik dalam membuat perencanaan untuk mendukung implementasi teori Humanistik dari Elton Mayo pada kepemimpinan kepala sekolah | |
3.1.2 | | | √ | 4 | ||
3.1.3 | | √ | | 2 | ||
Jumlah | - | 2 | 8 | 10 | ||
3.2.1 | | √ | | 2 | Baik : 12 – 16, Sedang : 6 – 11, Kurang : 0 - 5 Kepala sekolah SMP Negeri 1 Sei rampah sedang dalam membentuk kelompok kerja untuk mendukung implementasi teori Humanistik dari Elton Mayo pada kepemimpinan kepala sekolah | |
3.2.2 | | √ | | 2 | ||
3.2.3 | | √ | | 2 | ||
3.2.4 | | | √ | 4 | ||
Jumlah | - | 6 | 4 | 10 | ||
3.3.1 | | | √ | 4 | Baik : 12 – 16, Sedang : 6 – 11, Kurang : 0 - 5 Kepala sekolah SMP Negeri 1 Sei rampahbaik dalam penggerakan dan pengarahan untuk mendukung implementasi teori Humanistik dari Elton Mayo pada kepemimpinan kepala sekolah | |
3.3.2 | | | √ | 4 | ||
3.3.3 | | | √ | 4 | ||
3.3.4 | | | √ | 4 | ||
Jumlah | - | - | 16 | 16 | ||
3.4.1 | | | √ | 4 | Baik : 12 – 16, Sedang : 6 – 11, Kurang : 0 - 5 Kepala sekolah SMP Negeri 1 Sei rampah baik dalam melakukan pengawasan untuk mendukung implementasi teori Humanistik dari Elton Mayo pada kepemimpinan kepala sekolah | |
3.4.2 | | | √ | 4 | ||
3.4.3 | | | √ | 4 | ||
3.4.4 | | √ | | 2 | ||
Jumlah | - | 2 | 12 | 14 | ||
4.1.1 | | | √ | 4 | Baik : 8 – 12, Sedang : 4 – 8, Kurang : 0 - 3 Kepala sekolah SMP Negeri 1 Sei rampah baik dalam menerapkan jiwa sosial untuk mendukung implementasi teori Humanistik dari Elton Mayo pada kepemimpinan kepala sekolah | |
4.1.2 | | | √ | 4 | ||
4.1.3 | | | √ | 4 | ||
Jumlah | - | - | 12 | 12 | ||
4.2.1 | | | √ | 4 | Baik : 8 – 12, Sedang : 4 – 8, Kurang : 0 - 3 Kepala sekolah SMP Negeri 1 Sei rampah baik dalam kepekaan terhadap permasalahan anggotanya untuk mendukung implementasi teori Humanistik dari Elton Mayo pada kepemimpinan kepala sekolah | |
4.2.2 | | | √ | 4 | ||
4.2.3 | | | √ | 4 | ||
Jumlah | - | - | 12 | 12 | ||
JUMLAH | 0 | 12 | | 128 | Baik :105 -156, Sedang : 53-104, Kurang : 0-52 KESIMPULANNYA : KEPALA SEKOLAH SMP NEGERI 1 SEI RAMPAH BAIK DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN TEORI HUMANISTIK ELTON MAYO OLEH | |
C. Pembahasan
Menurut Berferik Manullang dengan mengutip pernyataan Halloran dalam perkuliahannya menyampaikan bahwa cakupan dari Human Relation anatara lain :
Berdasarkan data hasil penelitian dari implementasi teori Humanistik dari Elton Mayo pada kepemimpinan kepala sekolah SMP Negri 1 Sei Rampah untuk cakupan dari teori Humanistik maka untuk :
Dari sembilan instrumen yang diajukan berkita dengan komunikasi, kepala sekolah memperoleh nilai total 37 dari skor maksimal seharusnya 45. Hal ini menandakan bahwa kepala sekolah sudah baik dalam menerapkan komunikasi menurut teori Humanistik dari Elton Mayo, kecuali dalam hal mengembangkan komunikasi di luar lingkungan sekolah seperti dengan membentuk wadah arisan guru dan pegawai kepala sekolah tidak baik menurut Konsep ini. Sedangkan untuk mensosialisasikan program sekolah kepada orang tua siswa, kepala sekolah sudah cukup baik dalam menjalin hubungan dengan orang tua siswa.
Kepala sekolah SMP Negeri 1 Sei rampah termasuk amat baik dalam memberikan rangsangan dan motivasi kepada anggotanya baik itu terhadap guru, pegawai maupun terhadap siswanya,menurut konsep Humanistik dari Elton Mayo.
Kepala sekolah juga selalu memotivasi diri sendiri untuk terus memacu ketrampilannya dalam memanaj sekolah sehingga warga sekolah merasakan senang dan nyaman dibawah kepemimpinannya. Kepada guru dan pegawai, kepala sekolah juga memberikan motivasi untuk menambah ketrampilannya dalam menunjang profesinya sebagai tenaga profesional dibidang pendidikan, melali kegiatan seminar, lokakarya dan melanjutkan setudi kejenjang pendidikan yang lebihtinggi,demi meningkatkan rasa percaya diri dan menimbulkan suasana menyenangkan dikalangan pserta didik dan orang tua.
Demikian juga terhadap siswa, kepala sekolah selalu menanamkan tentang pentingnya menambah wawasan dan ketrampilan demi hidup senanga dimasa yang akan datang.
Secara umum tanggung jawab pemimpin dapat diktagorikan atas; membuat perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan. Untuk proses membuat perencanaansekolah atau program sekolah, kepala sekolah sudah baik menurut konsep Humanistik, sebab dalam proses pemubuatan perencanaan kepala sekolah telah melibat seluruh kompnen yang ada disekolah sehingga seluruh warga sekolah merasa senang dalam menjalankan program yang telah disusun sebab mereka merasa program sekolah juga merupakan program mereka.
Dalam hal pengorganisasisan atau membentuk kelompok kerja kepala sekolah sudah cukup baik ,tetapi dalam memberikan kebebasan kelompok kerja yang telah dibentuk untuk bekerja sesuai cara yang disenanginya demi tercapainya rencana yang telah ditentukn seblumnya, kepala sekolah amat baik penerapannya menurut konsep Humanistik dari Elton Mayo
Untuk menggerakan dan memberi pengarahan serta memberi motivasi kepada kelompok kerja untuk bekerja secara maksimal dan memberikan dukungan, kepala sekolah amat baik dalam mengimplementasikan Konsep Humanistik dari Elton Mayo.
Sedangkan dalam melakukan pengawasan lebih menitikberatkan pada pembinaan anggotanya agar meraka merasa senang sebab merasa mendapat perhatian dari atasannya sehingga mereka akan terbebas dari kesalahan yang fatal, ebab pengawasan juga kadang-kadang diarahkan pada kesalah yang diakukan oleh bawahannya sehingga bisa dilakukan pembinaan, pengendalian dan pelurusan atau mencari jalan keluarnya.
Kepala sekolah SMP NEGERI 1 Sei Rampah sudah baik dalam mengimplementasikan teori Humanistik menurut Elton Mayo, kepala sekolah memiliki jiwa sosial dan kepeduian yang tinggi teraadap anggotanya yang meminta bantuan baik untuk menyelesaikan permaslahanya maupun mencarikan jalan kelurnya dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi.
Kepala sekolah juag menanamkan jiwa sosial kepada anggotanya dengan meberikan motivasi dan memberi contoh perbuatan nyata. Kepala sekolah juga berusaha menjenguk bila ada anggotanya yang tertimpa kemalangan atau musibah sambil memberi hiburan berupa kata-kata nasehat dan pemberi semangat dan ketabahan dalam mengahadapi cobaan yang sedang dialami.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Kepala sekolah SMP Negeri 1 Sei rampah baik dalam mengembangkan komunikasi untuk mendukung implementasi teori Humanistik dari Elton Mayo pada kepemimpinan kepala sekolah. 2. Kepala sekolah SMP Negeri 1 Sei rampah baik dalam memotivasi diri sendiri maupun memotivasi orang lain dalam mendukung implementasi teori Humanistik dari Elton Mayo pada kepemimpinan kepala sekolah. 3. Kepala sekolah SMP Negeri 1 Sei rampah baik dalam menerima tanggung jawab sebagai pemimipin dan menerapkannya dalam kepemimipinan, kecuali dalam mengorganisasi anggotanya masih tergolong sedang untuk mendukung implementasi teori Humanistik dari Elton Mayo pada kepemimpinan kepala sekolah. 4. Kepala sekolah SMP Negeri 1 Sei rampah baik dalam berempati dan memahami permasalahan orang lain untuk mendukung implementasi teori Humanistik dari Elton Mayo pada kepemimpinan kepala sekola. | |
B. Saran
Kepemimpinan kepala sekolah SMP Negeri 1 Sei Rampah dalam mengimplementasikan konsep Humanistik menurut Elton Mayo sudah amat baik,meskipun demikian masih terdapat beberapa kelemahan seperti:
1. Mensosialisasikan rencana dan program sekolah kepada orang tua siswa. Mensosialisasikan rencana dan program sekolah kepada orang tua siswa sangat diperlukan sebab orang tua siswa juga menjadi faktor penting dalam menunjang keberhasilan progran sekolah baik dalam program yang berkaitan tujuan KBM maupun dalam rangka pengadaan sarana dan prasarana sekolah.
2. Membentuk kelompok arisan bagi guru dan pegawai sehingga komunikasi infomal dapat berkembang dengan baik, yang pada akhirnya menujang lancarnya hubungan kerja disekolah. Untuk itu disarankan agar kepala sekolah dapat membentuk arisan guru dan pegawai beserta keluarganya dan dilaksanakan diluar sekolah, tempat dan waktu pelaksanaannya bisa sebulan sekali atau dua bulan sekali tergantung kesepakatan bersama.
3. Dalam pengorganisasian didapat kepala sekolah masih cukup baik terutama dalam hal memberi kebebasan anggota untuk memilih kelompok yang disukai sesuai dengan keahliannya masing-masing, dan memberikan kebebasan kelompok dalam menyusun rencana kerja demi tercapainya program yang telah ditetapkan. Untuk itu disarankan agar kepala sekolah memberi kebebasan angota untuk memilih kelompok kerjanya masing-masing sesuai dengan keahlinya dan membuat program kerja sendiri dalam rangka mencapai rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.
4. Dalam melakkukan pengawasan bisa saja dititik beratkan pada prilaku yang salah dari anggota, akan teapi harus diiringi dengan cara-cara yang menyenangkan dan dilanjutkan dengan pembinaan demi kebaikan bersama.
DAFTAR PUSTAKA
Andreas lako ( 2004). Kepemimpinan dan Kinerja Organisasi:Isu, Teori dan
Solusi. Yogyakarta. Penerbit: Amara Books.
Arni Muhammad (2007). Komunikasi Organisai. Jakarta. Bumi Aksara.
Belferik Manullang (2008). Teori Kepemimpinan Bahan kuliah.
PPS UNIMED
Belferik Manullang (2006) Kepemimpinan Pedagogis (membangun karakter
sumberdaya manusia). Medan. Penerbit PPS UNIMED.
Belferik Manullang (2008). Teori Humanistik Bahan kuliah.Medan. PPS
UNIMED.
Fred Luthans ( ). Perilaku Organisasi. Ed.10.Yogyakarta. Penerbit ANDI.
J.Salusu (1996:201 ). Pengambilan keputusan Stratejik Untuk Organisasi
Publik dan Non Profit.
Kouzes, J.M. & B.Z.Posner (1995). The Leadership Challenge. San Fransisco.
Jossey-Bass.
M.Ngalim Purwano (2007). Administrasi dan Supervisi pendidikan. Bandung.
Penerbit PT.Remaja Rosdakarya.
Paul Hersey dan Kenneth Blanchard (1982). Manajemen Perilaku Organisasi
Pendayagunaan Sumber Daya Manusia. Ed.4.(Terjemahan Agus
Dharma). Jakarta. Penerbit Erlangga.
Stephen P.Robins (2002). Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi. Ed.5.
Penerbit Erlangga.
Departemen Pendidikan Nasional Dirjen Depdiknas (2000). Panduan
Manajemen sekolah.Jakarta. Direktorat Pendidikan Menengah Umum
Departemen Pendidikan Nasional Dirjen Depdiknas (2000).Manajemen
Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah.Jakarta. Direktorat Pendidikan
Menengah Umum
Hendyat Soetopo dan Wasty Soemanto (1982).Kepemimpinan dalam
Pendidikan.Surabaya.Usaha Nasional.
Stephen P. Robbins (2002).Prinsip-prinsip Prilaku Organisasi.Terjemahan
Dewi Srtika. Ed.5. Jakarta. Erlangga.
Wirawan (2001). Pendidikan Jiwa Kewirausahaan: Strategi Pendidikan
Nasional Dalam Globalisasi dan Otonomi Daerah. Jakarta. Uhamka
Press.
R.Wayne Pace and Don D.Faules.Penerjemah : Deddy Mulyana.Komunikasi
Organisai: Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan.Bandung.
PT.Remaja Rosdakarya.2002.
Syaiful Sagala (2006). Administrasi Pendidikan Kontemporer.
Penerbit Alfabeta.
Sergiovanni.T.J dan Starratt,R.J (1983). Supervision Human Perspevitives.
T.Hani Handoko (1984).Manajemen.Ed.2.Yoyakarta.Fakultas Fakultas
Ekonomi UGM.
Lampiran :
Kisi-kisi instrumen Implementasi teori Humanistik menurut Elton Mayo pada kepemimpinan
Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Sei Rampah
Teori manaje men | Kepe mimpinan | Indikator | NO | Instrumen | Jawaban | ||
TP | KD | S | |||||
Teori Humanistik dari Elton Mayo | 1.Komunikasi | 1.1. Komunikasi Vertikal | 1 | Saya berusaha mengkomunikasikan rencana/program sekolah kepada guru,saat situasi menyenangkan baik dalam pertemuan formal maupun informal sampai mereka memahami betul. | | | √ |
2 | Saya menerima masukan dan saran dari guru dan pegawai secara terbuka (menerima dengan senang) demi perbaikan rencana/program sekolah sampai mereka merasa rencana/program sekolah tersebut merupakan hasil masukan dan sarannya. | | | √ | |||
3 | Saya memperhatikan informasi informal mengenai kondisi keluarga guru dan pegawai dan informasi-informasi mengenai perkembangan yang berkaitan dengan dunia pendidikan maupun informasi umum. | | | √ | |||
4 | Saya mensosialisasikan keadaan dan program sekolah kepada orang tua siswa sehingga mereka memberi dukungan, masukan dan bantuan terhadap program/ rencana sekolah yang telah ditetapkan bersama | | √ | | |||
5 | Saya mensosialisasikan tentang peraturan dan tatatertib serta informasi terbaru yang barkaitan dengan perkembangan dunia pendidikan kepada peserta didik sampai mereka memahami dan merasa senang, sehingga meningkatkan prestasi belajarnya. | | | √ | |||
1.2. Komunikasi Horizontal | 1 | Saya mengembangkan komunikasi antar sesama guru di sekolah baik secara formal seperti dalam rapat atau dalam kegiatan MGMP maupun informal sehingga tercipta hubungan yang harmonis antar sesama guru. | | | √ | ||
2 | Saya mengembangkan komuniksi antar sesama pegawai di sekolah baik secara formal maupun informal sehingga tercipta hubungan yang harmonis antar sesama pegawai | | | √ | |||
3 | Saya mengembangkan komuniksi antara guru dan pegawai di sekolah baik secara formal maupun informal sehingga tercipta hubungan yang harmonis antara guru dan pegawai. | | | √ | |||
4 | Saya membentuk arisan dan pengajian bagi guru dan pegawai yang dilaksanakan setiap bulan sekali dari rumah ke rumah guru dan pegawai secara bergilir, sehingga terjalin hubungan yang harmonis dalam keluarga besar guru dan pegawai di lingkungan sekolah. | √ | | | |||
2. Memotivasi | 2.1. Memotivasi diri sendiri | 1 | Saya berusaha mengembangkan kemampuan individu dalam memimpin sekolah sehigga guru, pegawai, peserta didik dan stakeholder sekolah mersa senang dengan kepemimpinan saya. | | | √ | |
2 | Saya berusaha mengembangkan kemampuan dalam menguasai teknologi seperti komputer, internet dan media pembelajaran sehingga warga sekolah senang dan termotivasi untuk ikut serta meningkatkan kemampuan dirinya dalam bidang komputer, internet dan media pembelajaran. | | | √ | |||
3 | Saya berusaha mengikuti seminar,diklat,lokakarya dan rapat-rapat di Diknas kabupaten/kota guna meningkatkan wawasan dan kemampuan dalam memenej sekolah. | | | √ | |||
2.2. Memotivasi orang lain | 1 | Saya berusaha memotivasi guru dan pegawai untuk mengembangkan kemampuan dalam meningkatkan pelayanan pendidikan kepada peserta didik melalui pelatihan, seminar dan lokakarya agar menjadi guru yang diidolakan oleh peserta didik. | | | √ | ||
2 | Saya berusaha memotivasi guru untuk melanjutkan setudynya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi demi meningkatkan derajatnya dan kesejateraan di masa depan | | | √ | |||
| 3 | Saya berusaha memotivasi guru dan begawai untuk mengembangkan wawasan umum dalam rangka menunjang profesi guru dan pegawai sebagai tenaga pendidik dan kependidikan. | | | √ | ||
4 | Saya memotivasi peserta didik sehingga mereka menyadari pentinganya manfaat dari rajin dan tekun dalam belajar baik di sekolah maupun di rumah. | | | √ | |||
5 | Saya memotivasi peserta didik untuk tekun menambah wawasannya melalui media elektronik dan cetak sehingga mendukung prestasi belajarnya. | | | √ | |||
6 | Saya berusaha memotivasi orang tua siswa untuk mendukung sepenuhnya suasana belajar kepada peserta didik baik di rumah maupun di sekolah. | | | √ | |||
3. Menerima tanggung jawab dan mampu memimpin orang lain | 3.1. Perencanaan | 1 | Dalam menyusun perencanaan/program sekolah saya berusaha melibatkan guru dan pegawai sehingga mereka merasa rencana/program yang telah disusun sebagai buah pemikirannya yang harus dilaksanakan dengan penuh kesadaran. | | | √ | |
2 | Program yang dilaksanakan diusahakan didasarkan atas perencanaan/program yang telah disusun bersama sebelumnya. | | | √ | |||
3 | Saya berusaha sedapat mungkin melibatkan seluruh komponen sekolah untuk mengevaluasi perencanaan sekolah yang gagal dilaksanakan untuk dicarikan penyebabnya guna dicarikan solusinya secara bersama-sama. | | √ | | |||
3.2. Pengorganisasian | 1 | Untuk melaksanakan rencana yang telah disusun bersama, saya membentuk kelompok kerja dengan memberikan kebebasan kepada anggota untuk memilih kelompoknya sesuai dengan kemampuannya masing-masing. | | √ | | ||
2 | Kelompok kerja diberikan kewenangan penuh untuk melaksanakan tugasnya dengan rasa senang sesuai dengan bidang tugasnya. | | √ | | |||
3 | Dalam melaksanakan tuasnya kelompok kerja diberi kewenangan untuk mengusulkan dan menyusun rencana tambahan guna mewujudkan rencana yang telah disepakati seblumnya | | √ | | |||
4 | Dalam melaksanakan tugasnya kelompok kerja atau petugas pelaksana diberi kesempatan dengan senag hati untuk berdiskusi dengan kepala sekolah baik secara formal maupun non formal. | | | √ | |||
3.3. penggerakan | 1 | Saya akan memberi pengarahan kepada kelompok kerja sebelum melaksanakan tugasnya baik secara formal mapun non formal dalam suasana sama-sama senang. | | | √ | ||
2 | Saya akan memberi motivasi kepada kelompok kerja atau petugas palaksana baik secara formal maupun non formal agar menyenangi bidang tugasnya, sehingga hasilnya dapat maksimal | | | √ | |||
3 | Saya mendukung dan memberikan rasa percaya diri kepada petugas pelaksana untuk melaksanakan tugasnya dengan rasa senang dan percaya diri yang tinggi. | | | √ | |||
4 | Saya memberi kewenangan kepada petugas pelaksana untuk bekerja sesuai rencana yang disuakinya selama tidak bertentangan dengan rencana semula yang telah ditetapkan bersama. | | | √ | |||
3.4. Pengawasan | 1 | Saya melakukan pengawasan terhadap jalannya program yang dilaksanakan oleh petugas pelaksana guna memberikan bantuan dalam suasana yang menyenagkan. | | | √ | ||
2 | Bila dalam melaksanakan pengawasan dijumpai adanya penyimpangan dari perencanaan yang telah ditentukan, saya akan mendiskusikan dengan petugas pelakana untuk mencari jalan keluarnya agar sesuai dengan rencana semula dalam suasana senang sama senang. | | | √ | |||
3 | Penagwasan yang saya lakukan dikaitkan dalam upaya untuk mengendalikan, membina dan pelurusan sebagai upaya mengendalikan mutu dalam arti yang luas dengan memperhatikan hubungan yang harmonis dan menyenangkan. | | | √ | |||
4 | Dalam melakukan pengawasan selalu menitik beratkan pada kesalahan orang yang diawasi. | | √ | | |||
4. Berempati degan orang lain dan memahami permasalahannya | 4.1 Jiwa sosial | 1 | Saya berusaha membantu semampunya bila ada guru atau pegawai yang meminta bantuan kepada saya agar mereka merasa senang. | | | √ | |
2 | Saya berusaha semampunya untuk mencarikan jalan keluarnya bila ada guru atau pegawai yang meminta bantuan kepada saya agar mereka merasa senang. | | | √ | |||
3 | Saya berusaha mengajak orang lain untuk senang membantu sesama yang tertimpa nasib kurang beruntung. | | | √ | |||
4.2. Peka terhadap permasalahan anggota | 1 | Saya berusaha mendengarkan keluhan guru atau pegawai yang mengajak berdiskusi tentang masalahnya dengan senang hati, agar mereka merasa senang. | | | √ | ||
2 | Saya berusaha menghibur guru atau pegawai semampunya bila ada yang tertimpa musibah atau kemalangan agar mereka merasa terhibur. | | | √ | |||
3 | Saya berusaha mengunjungi guru atau pagawai atau anggota keluarganya bila ada yang sakit agar mereka merasa terhibur. | | | √ |
Keterangan TP : Tidak pernah, KD : kadang-kadang, S : Selalu
Beri tanda √ pada jawaban yang paling anda sukai atau yang anda lakukan sehari-hari
Critical Book Report
“Supervision Human Perspevtives ”
By Thomas J. Sergiovanni & Robert J.Starrat
A. Definisi Supervisi Pendidikan
Supervisi telah menjadi satu aktivitas yang dilakukan di sekolah, dan dirancang secara khusus oleh seorang suprvisor. Menurut Thomas J.Sergiovanni & Robert J. Starrat, devinisi supervisi terkait dengan pandangan manajemen yang diterapkan oleh pimpinan sekolah.
1. Menurut manajemen ilmiah tradisonal yang mewakili otokratik klasik, guru dipandang sebagai tambahan dari manajemen dan dibayar untuk melakukan tugas/kewajiban sesuai dengan keinginan manajemen. Pengewasan diterapkan sebagai hubungan atasan dengan bawahan yang kaku.
2. Menurut manajemen Humanis, guru dipandang sebagai manusia seutuhnya, dengan hak-hak mereka. Partisipasi merupakan metode yang penting, dan tujuannya adalah untuk membuat guru merasa berguna dan penting bagi sekolah tersebut.
3. Menurut neo-saintifik, supervisi mengacu pada mekanisme kontrol kualitas, seperti kontrak pencapaian, akutabilitas untuk menentuan kembali sasaran, dan standar kompetensi.
B. Kapan Supervisi Pendidikan dilaksanakan
Supervisi dipandang sebagai komponen dari proses, bukan sebagai peranan atau supervisor sebagai pemegang posisi peranan kusus. Berdasarkan hal tersebut maka supervisi dilaksanakan pada saat proses penyusunan rencana pembelajaran, pada saat proses pembelajaran, dan saat proses evaluasi untuk mengukur keberhasilan peserta didik.
C. Mengapa Supervisi Pendidikan diperlukan
Mengingat supervisi sebagai komponen dari proses yang ada dalam lembaga pendidikan. Maka supervisi sangat diperlukan untuk mengontrol, menjamin dan mengarahkan guru dalam menjalankan seluruh proses pembelajaran agar proses yang dijalani tidak menyalahi dari ketentuan yang berlaku, sehingga mutu pembelajarannya terus mengalami perbaikan.
Dalam hal ini supervisor diharapkan menjadi ahli dalam persoalan pendidikan dan instruksi. Kehadiran supervisor dapat mengatasi segala problema guru dalam menjalani proses pembelajaran yang telah dirancang. Kehadiran supervisor juga dapat menjadi sumber pembaharuan pengetahuan dan ketrampilan guru, sehingga guru menjadi sosok manusia yang diidolakan oleh para siswanya.
D. Dimana Supervisi Pendidikan dilaksanakan
Menurut konsep Thomas J.Sergiovanni & Robert J. Starrat, supervisi sebagai komponen dari proses yang ada dalam lembaga pendidikan, dan peran supervisor diharapkan menjadi ahli dalam persoalan lembaga pendidikan. Maka pelaksanaan supervisi pendidikan dilakukan dalam serangkaian proses pembelajaran di sekolah baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Proses pembelajaran meliputi perencanaan, Proses pembelajaran, dan proses evaluasi pembelajaran.
E. Siapa Saja yang terlibat dalam Supervisi Pendidikan
Menurut konsep klasik, pelaksana supervisi tentunya atasan langsung dimana pelaksanaanya menurut sistem yang berlaku antara atasan dan bawahan. Supervisor dalam konsep ini berprilaku sebagai yang menilai bawahan sesuai tidak dengan kehendak atasan, tanpa diberi kesempetan untuk adanya dialog untuk mengatasi kelemahan bawahannya.
Menurut konsep humanis, supervisor bisa seorang profesional yang diberi kuasa untuk melakukan supervisor dan bisa juga atasan, hanya hubungan yang dikembangkan adalah hubungan timbal balik, sehingga guru merasa menjadi manusia yang dipentingkan dalam proses pembelejaran di sekolah.
Sedangkan menurut konsep neo-klasik, yang berperan dalam supervisi selain seorang supervisor juga kesepakan atau kontrak pra proses yang disepakati bersama. Seorang supervisor bekerja sesuai dengan mekanisme kontrol yang telah ditentukan sebelumnya. Guru tinggal mematuhi mekanisme kontrol yang telah ditentukan misalnya prosedur kerja, tatatertip dan peraturan kepegawaian yang berlaku.
F. Bagaimana Supervisi Pendidikan dilaksanakan
Supervsisi pendidikan berdasarkan konsep ini dilaksanakan menurut tata aturan yang disesuaikan dengan tipe menajmen yang diterapkan oleh manajer sekolah yaitu kepala sekolah. Sebagai pimpinan pendidikan dan instruksi, maka pekerjaan kepala sekolah berkaitan dengan supervisi memperlihatkan perhatian yang tinggi antara lain:
1. Sasaran kurikulum dan pengajaran
2. Kandungan program pendidikan, koordinasi dan ruang lingkup.
3. Alternatif dan pilihan-pilihan.
4. Inovasi kurikulum dan pengajaran
5. Pengetahuan tersetruktur
6. Pola pengelompokan dan penjadwalan
7. Peajran dan unit perencanaan
8. Evaluasi dan pemilihan materi pelajaran
9. Pola untuk pengaruh ruang kelas pada guru dan murid
10. Pengembangan dan evaluasi hambatan-hambatan pendidikan
11. Gaya pengajaran, metode dan prosedur
12. Ikilm pengajaran di ruang kelas
13. Evaluasi guru, siswa dan program.
Supervisi berkaitan dengan instruksi tetapi tidak begitu berkaitan dengan siswa. Supervisi adalah fungsi utama dari pelaksanaan sekolah, bukan suatu tugas atau pekerjaan khusus atau suatu rangkaian teknik-teknik. Supervisi dari instruksi ditujukan untuk pemeliharaan dan peningkatan proses pengajaran dan pemebelajaran di sekolah berkaitan.
G. Komentar Penulis
Konsep supervisi yang dikembangkan oleh Sergiovani ini, mengacu kepada model manajemen yang diterapkan oleh kepala sekolah sebagai manajer sekolah. Konsep ini mencakup semua model yang umum diterapkan oleh kepala sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah pada umumnya menerapkan model situasional, artinya pada saat tertentu menerapkan manajemen saintifik, pada saat yang lain mungkin menerapkan model humanis atau neo-saintifik. Dengan demikian model supervisi yang diterapkan pun tidak ada satu model yang pas untuk segala kondisi.
Supervisor harus pandai memilih kapan harus menerapakan model saintifik, atau humanis bahkan neo-saitifik dalam melakukan kegiatan supervisinya. Sebab satu teori yang terbaik sekalipun tidakan pas untuk semua karakter guru, karakter siswa dan kondisi saat proses pembelajaran berlangsung bahkan tantangan perkembangan kurikulum yang dihadapi oleh guru. Seorang supervisor terkadang harus menerapkan sistem atasan dan bawahan sehingga guru merasa benar-benar harus berbuat maksimal, tetapai untuk guru dan situasi tertentu, supervisor harus bisa menerapkan model humanis, sehingga guru merasa dihargai inovasinya, kreativitasnya, bahkan otoritasnya.
Untuk itu konsep supervisi ini pas dengan kondisi lembaga pendidikan yang ada di Indonesia, dimana guru belum semuanya memiliki tanggung jawab yang baik, kompetensi yang baik, bahkan kepribadian yang baik. Guru yang mengabdi di lembaga pendidikan tidak semuanya memiliki pengalaman yang cukup untuk menjadi agen perubahan bagi siswa. Untuk itu peran supervisor sebagai orang yang serba bisa sangat diharapkan, agar problema tenaga guru dapat diatasi, sehingga problem lembaga penidikan di Indonesia dapat pula dicarikan solusinya.
Daftar Pustaka
Thomas J.Sergiovani & Robert J.staratt. Supervision Human Perspectives. Third edition. New York.Mc.Graw-Hill Book Company.
Critical Book Report
“Supervision for Better Schools ”
By John T.Lovell & Kimbel Wiles
A. Definisi Supervisi Pendidikan
Menurut John T.Lovell & Kimbel Wiles, pengertian supervisi bereda-beda, misalnya :
Supervisi adalah pelayanan yang diciptakan untuk guru-guru, baik secara individu dan kelompok.
Supervisi instruksional merupakan suatu sistem prilaku dari organisasi pendidikan.
Supervisi merupakan suatu hubungan antara dua individu atau lebih, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi , mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain.
B. Kapan Supervisi Pendidikan dilaksanakan
Berdasarkan konsep John T.Lovell & Kimbel Wiles, organisasi pendidikan secara jelas digambarkan sebagi suatu sistem yang berubah dimana suatu sub sistem dari masyarakat yang juga mengalami perubahan terus menerus. Sistem perilaku guru adalah suatu sub sistem dari organisasi dan berkaitan dengan sistem prilaku siswa untuk tujuan pencapaian sasaran sistem prilaku siswa.
Pelaksanaan supervisi pendidikan yang berkaitan dengan prilaku organisasi pendidikan dilaksanakan secara idialnya sepanjang ada kegiatan proses pembentukan prilaku siswa dalam organisasi pendidikan. Proses kegiatan itu meliputi perencanaan, penerapan dan evaluasi untuk mengukur dan mengontrol pencapaian prilaku yang telah ditanamkan oleh guru kepada siswanya sepanjang siswa tersebut menempuh pendidikan di organisasi pendidikan tersebut.
Berkaitan dengan konsep bahwa supervisi adalah saling memberi pegaruh, mengubah atau memperbaiki individu yang satu oleh individu yang lain, maka supervisi juga diterapkan sepanjang ada kegiatan proses pembentukan siswa dari yang tidak baik kearah yang lebih baik.
C. Mengapa Supervisi Pendidikan diperlukan
Tujuan oprasional dari supervisi instruksional adalah memberikan pengarahan dan menjelaskan dimensi dari sistem prilaku supervisor instruksional kepada guru untuk mempengaruhi prilaku pengajaran dalam cara tertenu. Tujuan oprasional termasuk rumusan, implementasi dan evaluasi tujuan, pengembangan kurikulum, dukungan dan pelayanan langsung untuk sistem prilaku pengajaran, evaluasi untuk keputusan personel, pendidikan terprogram, evaluasi hasil pendidikan.
Dengan demikian supervisi pendidikan diperlukan sebab supervisi instruksional dalam pendidikan bertujuan untuk memelihara dan peningkatan proses pengajaran dan pembelajaran di sekolah sehingga prilaku siswa mengalami perubahan kearah yang lebih baik.
Supervisor membantu membentuk komunikasi. Supervisor menolong orang mendengar satu sama lain. Supervisor menstimulus guru untuk melihat keluasan/ jangkauan ide dan sumberdaya yang ada. Peran supervisor adalah mendukung, membantu, dan membagi, dan bukan sekedar mengarahkan. Otoritas dan posisi supervisor tidak mengalami penurunan, tetapi digunakan dengan cara lain, digunakan untuk menngkatkan pertumbuhan melalui tanggung jawab dan kreativitas daripada ketergantungan dan kesepadanan.
D. Dimana Supervisi Pendidikan dilaksanakan
Berdasarkan konsep supervisi pendidikan bahwa supervisi pendidikan merupakan pelayan kepada guru baik perseorangan maupun kelompok dalam membantu membentuk prilaku siswa, maka supervisi pendidikan dilaksanakan bukan hanya di dalam kelas dimana terjadinya proses pembelajaran, tetapi supervisi pendidikan juga bisa dilaksanakan di luar kelas baik sebelum proses pembelajaran maupun setelah proses pembelajaran.
E. Siapa Saja yang terlibat dalam Supervisi Pendidikan dan Bagaimana Supervisi Pendidikan dilaksanakan
Untuk melihat siapa saja yang terlibat dalam supervisi pendidikan dan bagaimana supervisi pendidikan dilaksanakan menurut konsep dari John T.Lovell & Kimbel Wiles dapat diamati pada tebel berikut :
Peranan | Posisi | Tingkat | Hubungan Otoritas | Orientasi | Fungsi supervisi |
Supervisor | Staf (mem Beri kan nasi hat) | Teknis | Otoritas informal dari keahlan personel dan keilmuwan (tidak memiliki otoritas formal) | © Profesional © Perspektif jangka penjang © Perubahan | Untuk meningkatkan proses pengajaran dan pembelajaran dengan kerja sama kooperatif dan langsung dengan guru-guru pada : Pembuatan perencanaan instruksi bersama-sama. Observasi kelas Analisis pengajaran dan pembelajaran secara bersama-sama. Memperbaharui perencanaan dan perubahan. |
Kepala Sekolah | Jajaran (mengeluarkan arahan) | Manaje rial | Otoritas formal dari posisi (otoritas informal tidak dapat dikembangkan). | © Birokratik © Perspektif jangka pendek © Pragmatis © stabilitas | Untuk meningkatakan iklim organisasi sekolah dengan melakukan pengasuhan : interaksi terbuka dan otentik diantara administrator dan guru-guru. Otonomi propesional Lingkungan pengajaran teratur Standar prstasi dan penampilan yang tinggi Kepemimpinan partisipatif dan suportif Berbagai pembuatan keputusan dan motivasi tinggi. Pengontrolan kolega/ teman sejawat Moral yang tinggi Keamanan Kepercayaan |
F. Komentar Penulis
Beranjak dari pengertian Supervisi adalah pelayanan yang diciptakan untuk guru-guru, baik secara individu dan kelompok agar pengajaran dan pembelajaran berjalan dengan baik. Maka konsep supervisi yang dikemukan oleh John T.Lovell & Kimbel Wiles dalam lembaga pendidikan merupakan konsep yang tepat untuk lembaga pendidikan khususnya di Indonesia, dimana sebagian besar guru yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan dan tenaga kependidikan belum seluruhnya siap pakai, ditambah pula kurikulum yang terus mengalami perubahan, maka supervisi yang diartikan sebagai pelayanan kepada guru baik individu maupun kelompok merupakan salah satu solusi dalam mengatasi permasalahan tersebut. Disini supervisi berarti membimbing dan mengarahkan guru agar proses pengajaran yan dilaksanakannya berkualitas dan terus mengalami perbaikan seiring tantangan perkembangan kurikulum yang terus mengalami perkembangan seiring perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Pada konsep ini meletakan supervisor bukan sebagai seorang yang menginfeksi guru untuk mencari kesalahannya, meliankan supervisor berperan sebagai partner dalam peningkatan pembelajaran menuju kearah pembelajaran yang berkualitas
Tujuan esensi dari pendidikan adalam terbentuknya karakter anak didik melalui proses pemebelajaran. Konsep bahwa Supervisi instruksional merupakan suatu sistem prilaku dari organisasi pendidikan merupakan konsep yang sejalan tujuan esensi dari pendidikan tersebut diatas. Pendidikan tujuannya bukan sekedar transfer pengetahuan dan teknologi saja, tetapi lebih dari itu, yaitu pembentukan prilaku yang berkarakter baik. Untuk itu guru sebagai salah satu penangungjawab proses pemebelajaran harus dibimbing untuk memiliki prilaku yang baik agar dapat mebentuk prilaku yang baik pula kepada peserta didik.
Output dari sistem pendidikan di Indonesia yang diharapkan bukan sekedar meguasai IPTEK saja tapi harus lah yang berprilaku jujur, bertanggungjawab disiplin, dan bermoral baik. Jika konsep suprvisi ini dapat diterapkan oleh supervisor di Indonesia, maka harapan output yang seperti tersebut bukan hal sulit untuk diwujudkan, tapi kenyataan supervisor di Indonesia yan biasa disebut pengawas atau penilik sekolah. Belum memiliki kopetensi yang sesuai dengan tuntutan konsep tersebut. Maka diperlukan kerja keras dari Depdiknas untuk melatih bagi pengawas yang sudah ada, dan dalam merekrut pengawas yang baru harus diperketet syarat dan sistem seleksinya, sehingga pengawas yang dihasilkan benar-benar pengawas yang sesuai dengan tuntutan semua pihak.
Lebih lanjut konsep Supervisi merupakan suatu hubungan antara dua individu atau lebih, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi , mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain. Maka peran supervisor adalah sebagai tempat ntuk menerima keluhan bagi guru dan sumber solusi bagi permasalah bagi guru, pengawas bukan sekedar bisa menilai bahwa guru itu kurang berkuaitas, tapi haur bisa menyampaikan pandangannya bahwa guru itu memerlukan solusi seperti ini atau seperti itu, untuk mengatasi permasalahannya dalam pembelajaran.
Untuk itu diperlukan supervisor yang berwawasan luas dan berprilaku baik, sabar, dan tidak bersifat tertutup kepada siapa saja, terutama kepada para guru. Pengawas di indonesia sebagian besar merupakan guru-guru yang sudah mentok jenjang kepangkatannya dan tidak berhasil menjadi kepala sekolah, sedang masa pensiun masih lama, bahkan pada umumnya pengawas di indonesia dalah guru-guru yang kurang disenangi oleh pihak sekolah, maka diusulkan oleh kepala sekolah untuk menjadi pengawas di Dinas pendidikan kabupaten/kota. Maka wajarlah bila sebagian prilaku pengawas sekolah bagaikan jendral yang kehilanagan tonhkat komando. Dimana pengawas hadir kesekolah menuntut perlakuan layakya seorang jendral besar, bila salah dalam mngambil tindakan maka jangan harap kepala sekolah dan guru akan mendapat prilaku yang menyenangkan, apalagi bimbingan kepada guru tentang bagaimana cara mengajar yang baik dan sebagainya.
Bila prilaku pengawas sekolah seperti hal tersebut diatas, maka bila sekolah kedatangan pengawas, maka tak heran bila kepala sekolah mencari jalan selamat, misalnya dengan memberi sesuatu yang dapat menyenangkan perasaan sang pengwas, dan mengharap aga pengawas segera meninglakn sekolahnya. Bila kondisi seperti itu maka, harapan bahwa supervisor merupakan orang yang dapat membina hubungan baik dengan guru untuk membimbing, mempengaruhi dan memperbaiki guru dalam segala aspek prilaku sulut untuk diwujudkan.
Untuk itu Dinas pendidikan kabupaten/kota, harus memperbaiki pola pikir para pengawas yang sudah ada, dan memperbaiki sistem perekrutan pengawas yang baru. Agar pengawas dan kehadirannya benar-benar menjadi sosok yang didambakan oleh para guru. Setiap sekolah dan para gurunya selalu mendambakan kehadiran pengawas. Dengan demikian Dinas pendidikan kabupaten/kota pasti kekurangan pengawas, tidak seperti sekarang ini, pengawas seolah-olah sebagai PNS yang memiliki waktu luang yang banyak.
Daftar pustaka
John T. Lovell & Kimball Wiles. Supervision for Better Schools. Fifth Edision. Englewood Clffs. New Jersey. Prentice- Hall.Inc.
Critical Book Report
“Effective Supervision Theory Into Practice ”
By Wayne K. Hoy & Patrick B. Forsyth
A. Definisi Supervisi Pendidikan
Supervisi dalam persekolahan menurut konsep Wayne & Forsyth adalah berkaitan dengan perkembangn secara langsung dari proses kerja, tidak dengn birokrasi kontrol bawahan, oleh sebab itu, supervisi dalam sekolah ditinjau sebagai proses kolaboratif profesional diantara kolega-kolega.
Supervisi dalam konsep ini menghindarkan sistem pemaksaan, penilaian, dan koreksi, sehingga guru terhindar dari rasa takut, malah guru perlu diberi kebebasan untuk mengembangkan gaya pemebelajaran mereka masing-masing sesuai dengan otoritasnya sebagai guru. Dengan diberi otoritas maka guru akan bertanggungjawab dalam meningkatkan instruksi demi peningkatan mutu pembelajannya.
B. Kapan Supervisi Pendidikan dilaksanakan
Mengingat konsep supervisi yang ditawarkan adalah kolaboratif dan didasrkan otoritas masing-masing komponen dalam lembaga pendidikan. Guru sebagai fungsi teknis dalam pengajaran di sekolah diberi otoritas dalam mengembangkan pembelajannya. Namun sebelum guru diberi tugas mengajar terlebih dahulu harus disepakati otoritas formal terlebih dahulu antara lembaga pendidikan dan guru. Dimana otoritas formal iu berisikan nilai-nialai yang telah menjadi aturuan institusi dalam posisi, aturan dan regulasi.
Pada saat penandatangan kontrak perjanjian kerja itulah sebanarnya kesepakan supervisi telah disepakati oleh kedua belah pihak, sehingga guru secara sepontan telah harus mengikut dan patuh dengan norma-norama yang berlaku dalam institusi pendidikan itu. Akibatnya guru selama proses pembelajaran menyadari bahwa ia telah disupervisi oleh kesepakatan itu sendiri.
Dengan demikian dalam konsep supervisi dari Wayne & Forsyth ini guru diharapkan:
1. Ketaatan sukarela dengan perintah yang sah
2. Penangguhan kriteria orang itu sendiri untuk membuat keputusan dan menerima perintah organisasi
C. Mengapa Supervisi Pendidikan diperlukan
Wayne & Forsyth sependapat dengan Talcott Person, dimana sistem sekolah memiliki tiga tingkat tanggung jawab dan kontrol yang nyata, yaitu teknis, manjerial dan institusionel. Fungsi teknis sekolah adalah proses pembelajaran dan keseluruh subsistem yang berkaitan dengan pengajaran yang efektif. Fungsi manajerial adalah administrator, mengontrol dan melayani sub-subsistem teknis agar kesmuanya berjalan secara efektif.
Untuk itu agar terjamin perannya masing-masing secara efektif perlu adanya pengawasan dan pembinaan secara kolaboratif sehingga semua sub-sub sistem dapat menyadari perannya masing-masing sesuai dengan otoritas yang dimilikinya. Untuk itu supervisi diperlukan sebagai sarana bagi guru dan sub-subsistem dalam pengajaran agar menyadari kontrak kerja yang telah disepakati bersama.
D. Dimana Supervisi Pendidikan dilaksanakan
Supervisi menurut konsep dari Wayne & Forsyth ini dilaksanakan bukan hanya didalam kelas pembelajaran saja, tetapi dimana proses yang berkaitan dengan pengajaran disitu ada supervisi. Di bagai tatausaha ada supervisi, di ruang kepala sekolah ada supervisi, dirang media, laboratorium, sarana dan prasarana juga ada supervisi.
E. Siapa Saja yang terlibat dalam Supervisi Pendidikan
Mengingat konsep supervisi ini adalah supervisi kolaboratif, maka yang terlibat dalam supervisi ini adalah seluruh komponen yang terlibat dalam proses pembelajaran di sekolah. Supervisor berdasarkan konsep ini berarti adalah supervisor internal yaitu diri sendiri yang memaksa untuk menyadari tentang pentingnya mematuhi nilai-nilai dan norma-naroma yang telah disepakati diawal kontrak kerja sama. Dan supervisor yang kedua adalah supervisor eksternal yaitu supervisi dari atasan kepada bawahan atau staf agar mematuhi nilai-nilai dan norma-norma yang telah disepakati bersama diawal kontrak kerja sama.
F. Bagaimana Supervisi Pendidikan dilaksanakan
Menurut wayne & Forsyth, supervisor dan guru-guru dapat bekerja sama dalam aktifitas yang berkaitan dengan pembelajaran siswa sehingga dapat menigkatkan prestasi siswa. Kegiatan yang dapat mempengarui prestasi siswa diantaranya adalah; penugasan dengan batas waktu, pengelompokan instruksional dalam kelas, kurikulum, umpan-balik guru, dan karakteristik tugas.
Disamping itu kegiatan supervisi harus dapat menciptakan iklim yang baik dengan terciptanya karakteristik hubungan-hubungan berikut; interaksi terbuka dan otentik diantara administrator dengan para guru, otonomi profesional, lingkugan pengajran yang teratur, standar prestasi dan penampila tinggi, kepemimpinan partisipatif dan suportif, berbagai keputusan yang dapat menimbulkan motivasi tinggi, pengontrolan oleh teman sejawat, moral tinggi, keamanan dan kepercayaan.
G. Komentar Penulis
Konsep supervisi yang dikemukan oleh Wayne & Forsyth merupakan konsep yang idial tentang supervisi. Dalam konsep ini guru diharapkan dengan kesadaran sendiri terus berupaya untuk meningkatkan mutu pembelajarannya di kelas maupun di luar kelas baik itu didasari oleh kesadarnnya akan kontrak kerjanya maupun didasari oleh motivasinya yang tinggi untuk terus berprestasi tinggi dalam proses pembelajaran seihingga menorong siswanya untuk berprestasi.
Peran supervisor dari atasan dapat diaktan atau disejajarkan dengan kolega atau teman sejawat yang bekerja secara kolaborasi. Kegiatan guru dan supervisor secara bersama merancang bagaimana siswa dapat berprestasi baik.
Untuk dinia pendidikan di Indonesia, konsep ini belum bisa diterapkan secara murni. Hal ini disebabkan oleh bebrapa faktor diantaranya:
1. Tingkat pendidikan dan ketrampilan, serta pengalaman guru yang belum memadai, sehingga diperlukannya pembinaan dan pengawasan untuk melihat kelemahan guru dalam proses pebelajaran sehingga bisa diadakan perbaikan lebih lanjut secara terus menerus. Jika guru diberi otoritas penuh dalam pembelajaran maka akan terjadi berbagai kendala teknis, yang pada akhirnya akan mempengaruhi mutu pembelajran dan mutu lulusan. Tapi untuk guru-guru yang sduah berpengalaman dan didasari oleh ketrampilan dan motivasi yang tinggi, konsep supervisi ini cukup baik diterapkan.
2. Sarana dan media bagai guru yang dapat memcau guru untuk terus mengemangkan kemampuannya, seperti ketersediaan buku pegangan bagi guru, sumber informsi yang berbasis ICT, ditambah lagi sarana pembelajaran, media pembelajaran dan bahan ajar bagi siswa yang belum memdai bahkan untuk beberapa daerah terpencil bahkan belum tersedia.
3. Kepedulia orang tua murid, pemerintah, masyarakat dan dunia industri terhadap pendidikan yang bermutu kurang baik, sehingga melemahkan motivasi guru dan siswa untuk mengejar prestasi dan ketrampilan diri. Sehingga budaya kolusi dan nepotisme dalam menerima lulusan masih terlihat dengan kasat mata.
4. Kesjahtraan guru yang belum memadai, sehingga konsentrasi guru dalam proses pembelajaran dan aktualisasi diri yang kurang maksimal.
Daftar Pustaka
Wayne K.Hoy & Patrick B. Forsyth. Effective Supervision “Theory Into Practice”. New York. Random House.
Critical Book Report
“Hand Book for Effective Supervision of Intruction”
By Rossl N Nea Gley & N Dean evans
A. Definisi Supervisi Pendidikan
Supervisi pada mulanya adalah proses instruksional dimulai di sekolah Amirika dengan kunjungan komite atau anggota dewan untuk Inspeksi. Jadi supervisi menurut konsep ini disamakan dengan inspeksi dari atasan kepada Bawahannya.
Selanjutnya pada buku ini juga diungkapkan konsep supervisi modern, dimana dalam konsep ini supervisi cendrung komprehensif dan demokratis dalam pelaksanaanya. Prinsip dan karakteristik utama supervisi modern adalah jika segenap potensi individu warga sekolah dan masyarakat harus direalisasikan dan diterjemahkan secara aktif kedalam pengalaman pembelajaran yang paling efektif untuk para siswa.
B. Kapan Supervisi Pendidikan dilaksanakan
Supervisi pendidikan menurut Rossl & Evans pada konsep awalnya dilaksanakan saat proses pengajaran dan pembelajaran, dimana guru menjadi fokus sasaran yang disupervisi. Sedangkan menurut konsep supervisi modern, pelaksanaan supervisi secara komprehensif,artinya supervisi tidak terfokus hanya pada kegiatan kelas saja, tapi pada semua kegiatan dimulai dari sebelum kekelas yaitu perencanaan sampai setelah dari kelas yang diakhiri dengan evaluasi atau yang dikenal dengan supervisi klinis.
C. Mengapa Supervisi Pendidikan diperlukan
Pada awalnya menurut Rossl dan Evans, supervisi ditujuakan untuk peningkatan mutu guru dalam arti yang sempit. Tapi menurut konsep modern supervisi ditujukan bukan sekedar pada peningkatan mutu guru semata, melainkan juga pada tercapainya penciptaan dan pemeliharaan kepuasan manusia diatara semua staf dalam sistem pendidikan. Sehinga dengan demikian akan terjadi peran dinamis, pemahaman, sensistif, kepemimpinan dan peran ktif dari semua bagian-bagian dala program instruksional.
D. Dimana Supervisi Pendidikan dilaksanakan
Sesuai dengan tujuan supervisi pendidikan maka, supervisi penidkan dapat dilaksanakan di kelas, diuar kelas, dikantor tata usaha dan ruang kepala sekolah. Dengan demikian supervisi dilaksanakan dapat dilaksanakan diamana saja selama itu ada kegiatan yang berkaitan dengan perencanaan, proses dan evaluasi pengajaran dan pembelajaran.
E. Siapa Saja yang terlibat dalam Supervisi Pendidikan
Menurut konsepawalnya supervisi pendidikan dilksanakan oleh komite atau anggota dewan untuk kegiatan inspeksi, tetapi seiring dengan perkembangan konsep suprvisi maka supervisi dilakukan juga oleh kepala sekolah dan juga oleh personel yang provisional yang berkualitas yang diberi tugas melakukan kegiatan supervisi.
Jika pada awalnya guru dijadikan objek sasaran yang diinfeksi maka, pada supervisi modern guru diajak merundingkan langkah apa dan kegiatan apa yang perlu diperbuat untuk menigkatkan mutu pengajaran dan pembelajaran dan kepasan semua koponen dalam kegiatan di sekolah.
F. Bagaimana Supervisi Pendidikan dilaksanakan
Pada awalnya pelaksanan supervisi dilakukan didalam kelas dimana guru dijadikan sasaran yang diinfeksi. Supervisor datang melakukan kegiatan hanya untuk melihat kelemahan dan kekurangan guru dalam mengajar dikelas tanpa adanya upaya kegiatan preventif dan pengobatan akan kelemahan dan kekurangan dari siguru.
Lalu menurut konsep suprvisi modern, guru bersma-sama supervisor membuat perencanaan pembelajaran, kemudian melakukan kegiatan pembelajaran dan melakukan evaluasi untuk melihat dan mencari solusi pemecahan masalah yang dijumpai dalam kegiatanpemngajaran dan pembelajarn.
Kegiatan yang dilakukan dalam supervisi modern meliputi; pengembangan kurikulum, mengorganisisr instruksi, penyediaan staf, penyediaan fasilitas, peneyediaan material, penataan pendidikan yang digunakan, mengarahkan anggotan staf, pelayanan siswa khusus, pengembangan hubungan masyarakat, dan mengevaluasi instruksi.
Dalam buku ini juga diarahkan aktivitas supervisor dan peran kepemimpinan dalammenjelaskan fungsi-fungsi mereka dalam supervisi instruksi khususnya yang berkaitan dengan kegiata pegajaran.
G. Komentar Penulis
Konsep supervisi yang dikemukan oleh Rossl dan Evans ini pada awalnya menyamakan dengan inspeksi, tapi seiring dengan kemajuan zaman, dimana demokrasi menjadi harga mati dalam setiap lini kehidupan manusia di muka bumi ini, maka kosnep supervisi pendidikan juga diarahkan kepada supervisi yang demokratis, dalam arti dimana supervisor dan yang di supervisi dalam hal ini semua kompoen yang terlibat dalam pengajaran pembelajaran bersama-sama secara aktif merencanakan, melaksanakan sesuai tugas fungsinya masing-masing dan melukan evaluasi demi terciptanya kepuasan bersama.
Konsep supervisi ini cocok diterapkan dalam dunia pendidikan di Indonesia, dimana supervisi bukan sekedar inspeksi untuk mencari kesalahan guru saja, tetapi supervisi juga dilakukan dengan kegaitan pembinaan awal, pelaksanaan dan pembinaan lanjutan setelah dievaluasi masih terdapat kelemahan dan kekurangan.
Untuk menerapkan konsep yang dikemukakan oleh Rossl dan Evans dalm sistem pendidikan di Indonesia terlebih dahulu perlu dilakukan diklat kepada para pengawas sekolah dan kepala sekolah untuk meluruskan pemahamannya yang selama ini keliru tentang supervisi sehingga mendorong berbuat salah dalam melakukan kegiatan supervisi pendidikan di sekolah.
Supervisor dalam hal ini pengawas sekolah datang kesekolah dalam satu tahun pelajarn hanya sekali, dan itupun kegiatan hanya dilakukan diruang guru. Kegaitan sebats hanya melihat perangkat pembelajaran guru, hanya sedikit sekali pengawas yang benar-benar menerapkan konsep supervisi secara utuh. Dimana kegiatan dimualai dari pembianaan, penerapan, evaluasi dan pembinaan lanjutan.
Bila konsep supervisi modern yang digagas oleh Rossl dan Evans ini diterpkan secar benar di instusi pendidikan di Indonesia, maka mutu pembelajaran akan baik sehingga mutu lulusannya pun akan ikut baik. Semoga supervisi modern ini dapat diterapkan di dalam lembaga pendidikan di Indonesia, tentunya terlebih dahulu diadakan penyempurnaan dan pelatihan secara berkala, ruti dan terprogram.
Daftar Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar